Sabtu, 31 Agustus 2019

Melodi Cinta


Oleh : Asma_cnr26

Grrrrrr! Praaannnnggggg..
Pecahan piring berhamburan kemana-mana.

Di sudut ruangan rumah yang berukuran tidak terlalu kecil yang berkeramik biru langit. Tiba-tiba terdengar suara.

 Ibuuuuuuu!!! Gadis berperawakan kecil itu berteriak histeris. Matanya memerah memancarkan kemarahan sembari tangan mungilnya menggenggam dengan kuat sebuah piring. Ia terus-menerus melemparkan beberapa piring di  rak dekat ia berdiri.

 Kamu kenapa Nayya? Sudahlah diam! Bapak Capek!" Yoyo yang sejak tadi berdiri tampak panic mendekati putri semata wayangnya sembari menahan amarah dalam dirinya.

 Ibuuuuu!!! Gadis itu melempar sebuah piring lagi ke arah Bapaknya. Dengan sigap Si Bapak mengelak. Pecahan beling itu berhamburan kemana- mana.

 Tubuh Asma seakan membatu, ia tak tahu harus berbuat apa, Ini dia yang bernama Nayya itu. Anak tirinya.

 Ibuuuu!!! Gadis Kecil nan polos itu menjerit sekeras-kerasnya.  Entah apa yang membuat hatinya meronta. Ia terlihat sangat marah.

Perlahan Asma mendekat.

 Nayya, ini Umi sayang! Asma mendekat sembari membuka lebar kedua tangan sebagai ajakan kepada Nayya.

 Ibuuuuu!!! Nayya berteriak menangis dengan kencang sembari mata membelalak ke arah Asma. Ia mengambil sebuah piring lagi. Bersiap ingin melemparnya ke arah Asma.

Namun, dengan penuh kehati-hatian Asma memegang tangan mungil itu. Lembut sekali tangan Nayya. Nayya menatap Asma tajam dengan tatapan penuh selidik.

Bola mata Nayya yang polos, sangat berharap pelukan cinta kasih yang hangat. Asmalah kini yang terus berjuang mengisi kekosongan hati Nayya.

Suasana menjadi hening. Nayya tak bergeming. Asma menatap Nayya cukup lama.

Asma tersenyum dan meraih tubuh Nayya lalu memeluknya dengan pelukan hangat. Ia tak tahan lagi, bulir- bulir intan berwarna bening itu sudah sangat deras mengalir dari sudut netranya. 

Asma pun  menangis, ia ingin meluapkan semua yang dirasa hatinya, ia ingin seperti Nayya yang dapat berteriak dan memecahkan semua barang untuk melampiaskan kekesalan hatinya. Tangis Asma tumpah ruah tak tertahankan lagi. Ia ingin seperti Nayya yang dapat meluapkan segala yang ia benci dalam hidupnya.

Asma dan Nayya berpelukan seakan telah menemukan sosok sahabat yang mengerti akan dirinya. Tangan mereka saling merangkul dan pelukan hangat dirasakan mereka.

 Kamu jangan sedih Nayya, Ummi akan selalu ada untuk Nayya. Kita sama-sama merasakan kehilangan seseorang yang sangat kita cintai. Asma membisikan kata- kata itu di telinga Nayya. Meski dalam usia yang sangat dini Nayya belum memahami maksud kata-kata Asma. Hanya pelukan erat sebagai jawaban Nayya kepada Asma.
Mereka tetap berpelukan dan menangis. Asma tahu apa yang Nayya rasakan kini. Perasaan yang sama. TakdirNya yang membuat perasaan  sedih dan kecewa menghantui mereka. 

Di Usianya yang masih kecil itu, Nayya harus kehilangan ibu yang sangat ia sayangi. Ibunya kini sudah kembali pada Dia Yang Menciptakan.

"Jika tak ingin merasa kecewa, maka janganlah sesekali mengecewakanNya, Astaghfirullah...." bisikan lembut hati Asma yang semakin menusuk relung terdalam sukmanya sembari menciumi kening gadis semata wayangnya yang kini masih dalam pelukannya.

Asma tak ingin mengecewakan takdir pilihanNYA, ia dengan tulus menerima tawaran Yoyo sebagai penerus Ibu Nayya. Yah, TakdirNya sungguh indah dan luar biasa.

"Ini untuk kakimu!" Sebuah suara berat mengejutkan Asma. Ada rasa sesal yang tersirat dalam suara itu. Mungkin ia menyesal telah meremehkan Asma.

Sekotak obat merah dan kapas diletakkan Yoyo di atas meja. Naya dan Asma cukup melirik sekilas dan tersenyum tipis.

Yoyo berusaha meluruhkan hati Asma.  Dia ingin sekali menunjukkan bahwa Ia tak salah memilih sosok ibu seperti Asma teruntuk putri semata wayangnya. Meski sikap Asma terkadang sinis dan tersenyum tipis. Hanya  perhatian kecil tersembunyi yang dapat ia lakukan teruntuk Asma.

Keesokan hari, matahari masih malu-malu menampakkan senyumnya. Namun, tak membuat Asma bermalas-malasan untuk melakukan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dirumah kecil bersama keluarga kecilnya yang belum lama ia bangun.

Lagi-lagi Nayya terus meronta ketika sesuatu yang ia inginkan tak langsung dituruti oleh Ayahnya. Terlebih lagi yang menyesakkan dada Asma. Nayya selalu memanggil-manggil almarhum ibunya.

Pada saat yang sama, Asma pun meronta di dalam hati, 'Lalu aku ini apa?'

Perlahan Asma mendekati Nayya.

"Nayya sayang...umi gendong ya?" Bola mata gadis kecil itu pun turut memandang Asma  yang merengkuh badan mungilnya dan mengusap punggungnya. Terus saja Nayya meronta memanggil almarhum ibunya, Asma sempat bingung dengan cara apalagi supaya menenangkan gadis kecil itu.

"Nayya memang sering seperti itu, bila menginginkan sesuatu harus dipenuhi, terus jika ada yang tak ia suka, ia akan mengamuk, bahkan sampai menyakiti dirinya sendiri!" ucap Yoyo sembari mengambil secangkir kopi hangat Di dekat tempat  Ia duduk.

Asmapun mengangguk. Melihat Nayya, Ia seperti melihat dirinya ketika masa kecil. Semua barangpun berhamburan di pecahkannya. Itu bukan hal yang luar biasa baginya.

Jika Nayya sedang seperti itu, sebenarnya sosok anak kecil sedang membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Ada hal kecil dari sosok anak yang belum dipahami oleh orang dewasa. Sehingga hampir semua anak selalu melampiaskan dengan meronta dan mengamuk. Ucap Asma kepada Yoyo sembari memeluk Nayya erat dipangkuannya.

Tiga tahun berlalu, rasanya waktu berjalan terlalu cepat sekali, tanpa terasa Nayya semakin tumbuh menjadi gadis yang cantik dan semakin mendewasa. Meski usianya masih menginjak 6 tahun. Namun di usia nya itu, Nayya semakin menjadi anak yang penurut dan penyayang.

Ketika itu, Asma sedang tergeletak di ranjang tempat tidurnya. Asma menggigil hebat karena sekujur badannya panas tinggi.

"Ummi...kenapa kaki umi dingin. Umi sakit ya? Ummi jangan sakit ya...." Ucap Nayya sembari meletakkan tangannya ke kening Asma lalu meraba badan hingga ujung kaki Asma.

Seketika tahu umminya sakit. Nayya memeluk Asma, menciumi pipi Asma yang merah merona menahan panas di badannya.

Tiba-tiba sebongkah daging terdalam Asma turut bergemuruh, netra Asma mengeluarkan bulir-bulir intan yang tanpa ia sadari.

Lalu Dengan lirih sukma Asma berkata, "Ya Allah...gadis kecilku. Hatimu sungguh lembut."

Asma pun meraih badan mungil Nayya membalas pelukannya dan mencium Nayya dengan penuh kasih sayang.

"Ummi, jangan nangis ya! Ummi pasti sembuh." Ucap Nayya sembari mengusap air yang mengalir dari netra Asma.

Jiwa yang lembut akan tumbuh jika disertai dengan penanaman cinta yang tulus.


Malam kian larut, Nayya sudah tertidur dengan pulasnya. Begitu pula Yoyo sudah terlelap meringkuk disebelah putrinya. Asma hanya memandangi kedua sosok insan yang dititipkan Allah untuknya. Maha Luar Biasa Dia yang tak salah dalam memasang-masangkan manusia-manusia ciptaanNya.

Asma tak dapat memejamkan mata karena terlalu lelah dan banyak sekali luapan hati yang tak dapat terungkap oleh kedua bibirnya. Hanya dengan menulislah sebagai teman sejatinya dalam berbagi rasa.

Asma berjalan menuju ruangan kerja Yoyo, diambillah selembar kertas putih dan pena berwarna hitam. Lau ia menuliskan sebuah surat cinta teruntuk putri semata wayangnya, Nayya.

Surat Cinta Teruntuk Puteriku, Nayya
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Nayya Sayang....
Izinkan umi menulis sepucuk surat untukmu. Izinkan umi menuliskan kata yang tak sempat terucap oleh kedua bibir ini.

Nayya sayang....
Umi tahu, usiamu saat ini masih begitu dini. Belum mengerti apa yang umi goreskan dalam tulisan ini.

Umi yakin, ketika Nayya membaca surat ini. Nayya sudah beranjak besar dan dewasa.

Umi ingin berucap, "Umi sayang sekali dengan Nayya...."

Dari awal pertemuan umi dan nayya, berasa seperti ada Magnet dari Allah. Sehingga magnet itu menembus relung sukma Ayahmu.

Yang saat itu, Ayahmu tak lagi berpikir panjang, "Aku telah menemukan sosok ibu untuk anakku, Nayya"

 Judul tulisan surat cinta yang sangat indah berselimut amplop berwarna pink bergambar hati. Mewakili sebuah kisah melodi cinta bagi Asma dan Nayya.

Asma berharap, ketika dewasa nanti Nayya akan membaca tulisannya. Betapa sayang dan cintanya ia kepada Gadis mungil nan cantiknya.

Bunyi jangkrik semakin syahdu malam itu, mewakili alunan melodi indah dari hati Asma teruntuk keluarga kecilnya.

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob