Asma Bersama Putri Semata Wayangnya
Rinai hujan tiada henti beberapa
hari ini, Asma bersama puteri semata wayangnya asik bergumul dalam selimut
hangat di sebuah kamar berpetak ukuran yang tak terlalu besar. Tembok kamar
yang berhiaskan lukisan langit biru dan awan putih. Menjadikan keduanya betah
lama di kamar. Ia sedang berlibur di Kota Madinah tempat saudaranya. Asma dan
Nayya merupakan sosok keturunan Arab. Sehingga mereka masih bisa berkunjung ke
Madinah ke tempat saudara-saudara yang lain.
Dalam sebuah kamar tempat kakak
Ayahnya Asma. Terdapat Sebuah rak buku berwarna cokelat keemasan bertengger di
ujung kamar. Buku-buku banyak yang menempati rak itu. Gemericik air hujan terus
terdengar hingga menjelang larut malam, namun Asma dan Nayya masih belum bisa memejamkan
mata. Tak seperti biasa kota Madinah di guyur hujan.
Asma akhirnya menemukan sebuah
buku bersampulkan warna biru, dihiasi corak bunga nan indah, kemudian
bertuliskan “Sirah Shahabiyah Kisah Para Sahabat Wanita”. Sembari membolak-balik
buku tersebut Asma bertanya kepada Nayya, “Dek, mau ummi ceritakan beberapa
kisah dari buku ini?” suara lembut Asma membuat Nayya mengangguk sebagai
pertanda setuju ia ingin mendengar cerita buku itu.
“Baiklah, sayang….yuk, kita ambil
posisi yang enak supaya ummi bisa fokus bercerita dan kamu bisa mendengar
cerita ummi dengan seksama.” Ajak Asma kepada putri semata wayangnya sembari
mengambil bantal, lalu ia letakkan di pangkuannya.
Namun, sebelum Asma memulai cerita. Nayya pun penasaran
memegang buku berwarna biru itu dengan perlahan, membolak-balik buku lembar
demi lembar. Nayya makin penasaran dan bertanya kepada Asma, “Ummi, sepertinya
buku ini bagus ya? Aku jadi penasaran isinya apa ya?”
“iya, sayang. Mari bukunya ummi
pinjam sebentar, ummi akan segera bercerita isi buku ini ya?” ajak Asma dengan
lembut.
Asma memulai cerita dengan penuh
semangat, ia mengambil napas panjang dan mengembuskannya perlahan supaya ketika
bercerita dapat memaksimalkan ekspresi dan intonasi dalam ceritanya. Berharap putri
semata wayangnya mampu menangkap cerita yang akan ia sampaikan.
“Sayang… Buku ini sangat bagus
sekali isinya. Ummi akan membawamu ke masa Sahabat Rasul bernama Asma Binti Abu
bakar.”
***
Asma’ adalah putri Abu Bakar Ash
Shidiq. Asma adalah sosok muslimah yang berjiwa tegar. Dia terbiasa melakukan
segala sesuatunya sendiri. Sehingga membuat Asma menjadi perempuan yang
mandiri. Asma menjadi anak yang gigih
dan berusaha bekerja keras. Selama masih ada pekerjaan, Asma tak pernah
berpangku tangan.
“Maksud berpangku tangan itu apa,
ummi?” sela Nayya karena penasaran dengan cerita yang sedang Asma ceritakan.
“Maksudnya, Asma terus bekerja
tak kenal lelah. Contohnya, Nayya rajin bantu ummi beberes rumah selagi belum
beres. Nayya terus berusaha membantu ummi untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tanpa mengeluh. Nayya bantu ummi menyapu ruangan, mencuci piring, membantu
memasak di dapur.” Jelas Asma kepada putrinya yang menginjak kelas 2 bangku
sekolah dasar.
“OHHH…lanjut ummi!” Jawab Nayya
sembari penasaran cerita selanjutnya.
Asma’ termasuk pendahulu yang
meyakini ajaran Rasulullah. Asma’ berjanji tak akan pernah berpaling dari
Allah. Asma’ membuktikan ucapannya. Seluruh ajaran Rasulullah dilaksanakannya.
Suatu ketika, Rasulullah dan Abu
Bakar, Abu Bakar adalah Ayah Asma’. Berhijrah. Melakukan perjalanan menuju Kota
Madinah, Asma membekali keduanya dengan makanan. Namun sangat disayangkan, Tidak
ada tali untuk mengikat bungkusan.
“Ayah, bagaimana ini? Tak ada
tali untuk membawa kedua bungkusan bekal Ayah dan Rasulullah?” Tanya Asma
kepada Ayahnya.
“Belahlah selendangmu menjadi
dua,” Jawab Abu Bakar.
Kemudian Asma mematuhi perintah
Ayahnya. Asma melakukan hal yang Ayahnya minta. Karena itu, Rasulullah SAW
menjulukinya “Dzaatun Nithaaqain”. Yang artinya “Perempuan pemilik dua
selendang kain”.
Sampai akhir hayatnya, Asma tetap
bertakwa. Ia menjadi seorang muslimah yang mulia hingga akhir hayat.
“Nah, seperti itu cerita dari
Asma’ Binti Abu Bakar, sayang…” ucap Asma sembari menutup buku tersebut.
“Asma benar-benar wanita yang
mulia ya, ummi. Tapi kok sama ya namanya seperti ummi?” Tanya Nayya.
“Iya, Sayang. Ayah ummi memberi
nama Asma karena berharap ummi bisa seperti Asma’ Binti Abu Bakar, menjadi
sosok wanita yang mulia.” Jelas Asma kepada putrinya.
Nayya pun mengangguk dan ia tak
tahan lagi menahan rasa kantuknya. Lalu ia merebahkan badannya sembari memegang
buku Sirah.
#Tulisan ini terinspirasi dari
Buku Sirah Sahabiyah kisah sahabat wanita Rasulullah. Teringat seorang teman
yang masih keturunan Arab. Sehingga menjadikan saya membuat cerita ini. Semoga dapat
berkenan mewakili Tugas Tantangan pecan 4 kelas Reading Challenge batch 6 ini
Judul : Sirah Shahabiyah Kisah Para Sahabat Wanita
Penulis :Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu AnNashr Asy Syalabi
Penerbit :Maktabah Salafy Press
Tebal Buku : 362 Halaman
#RCO6
#OneDayOnePost