Senin, 28 Oktober 2019

Part 2 : Merajut Asa


Merajut Asa Part 2
Oleh : asma cnr

         Seketika bayangan berkelebat tadi siang. Alam bawah sadar saya tertuju pada  wali kelas yang memanggil.

"Kamu kenapa tidak pernah ikut les tambahan?" tanya wali kelasku.

"Saya pulang sekolah langsung pergi jualan, Bu," jawabku.

"Tapi EBTANAS sudah dekat. Bagaimana persiapanmu nanti?” tanya wali kelasku lagi.

"Saya akan berusaha semaksimalnya, Bu," jawabku tegas meskipun ada kebimbangan dalam hati.

Lalu tersontak saya melihat Mamak  menyeka air matanya, mungkin ia tak ingin aku melihat tangisnya. 

"O iya, Mak, ini kain sarung pemberian seorang nenek yang menjadi pelanggan tetapku." Aku merenggangkan pelukanku dan memperlihatkan bungkusan yang dibawa tadi.

"Tadi nenek itu bertanya kenapa terlambat datang, lalu kubilang karena harus bergantian dengan Omak memakai sarung untuk salat. Makanya nenek itu memberi sarung ini," jelasku panjang lebar. 

Selain bertemu orang-orang yang baik, tidak jarang pula aku bertemu dengan pelanggan yang nakal.

 Pernah ada yang lari begitu saja tanpa membayar setelah menerima roti yang dipesan, ada pula yang membayar roti tidak sesuai dengan jumlah yang telah dimakan. 

Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat. Karena cintaku kepada keluarga. Selain itu ada sebuah keyakinan yang aku tanamkan dalam hati.

"Rezekiku dari Allah itu telah tertakar dan niscaya tak akan pernah tertukar."

Kalimat itu juga yang kutanamkan kepada adik-adik, karena menurutku kalimat itu bisa membunuh rasa hasad, iri dan dengki dalam hati.

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Minggu, 27 Oktober 2019

Tantangan Pekan VII "Merajut Asa"


Merajut Asa
Oleh : asma cnr

    Satu dua kendaraan lalu lalang di sepanjang jalan yang kulalui, debu yang beterbangan ditiup angin membuat perih bola mata. Langit biru bersih tanpa gumpalan awan putih menandakan hari nampak berseri. Matahari pun sempurna bersinar garang di kota yang panas ini, kota kecil yang dikenal dengan produksi minyak buminya yang berlimpah dan perkebunan kelapa sawit yang sedang berkembang.

Namun sebagian masyarakatnya hidup dalam jeratan kemiskinan di sepanjang pipa yang mengalirkan pundi-pundi Dollar untuk negeri ini. Kala itu, tahun 1980an akhir masa di mana sistem pemerintahan masih diatur sepenuhnya oleh pusat (Sentralisasi).

Kaki-kaki kecilku melangkah menapak dari satu jalan ke jalan lainnya, dari satu gang ke gang yang lain menjajakan daganganku agar dibeli oleh pelanggan. Sepanjang jalan itu kuperdengarkan teriakan suaraku hingga menerobos ke rumah-rumah mencoba menggoda para penghuninya.

"Roti ... roti ... rotinya, Buk ... masih hangat!" 

Terkadang suaraku harus bersaing dengan pedagang lainnya yang mencoba peruntungan demi mengais sesuap nasi.

Ketika itu aku masih duduk di kelas 5 SD, aku bukan anak-anak lagi yang bisa semaunya menghabiskan waktu untuk bermain seperti yang dilakukan teman sebaya. Aku selalu sedih bila memikirkan Mamak banting tulang untuk menghidupi kami, kakak beradik yang harus kehilangan Bapak setahun yang lalu karena kecelakaan lalu lintas yang dialaminya.

"Aku berjualan roti ya, Mak," pintaku kepada Mamak. Namun, Mamak hanya terjam. Selang beberapa hari sebelumnya Aku menyampaikan kerisauan hati tentang kondisi ekonomi keluarga yang sedang dalam masa sulit.

"Apa sekolahmu tak terganggu, Alfa?" tanya Mamak dengan sorot mata sedih. 

"Insyaallah tidak, Mak, Aku bisa bagi waktu," kataku tegas berupaya meyakinkan mamak.

Kami sembilan bersaudara pastilah menjadi beban yang amat berat bagi Mamak yang berjuang sendiri karena abang tertua saja masih duduk di kelas 2 SMEA.

Jarum jam menunjuk pukul 6 sore. Lebih tepatnya adzan maghrib berkumandang.  Aku segera bergegas pulang dengan wajah ceria, senyum sumringah kutebarkan pada setiap orang di rumah. Dengan tangan menenteng sesuatu aku mendekati Mamak.

"Alhamdulillah, Mak, daganganku hari ini habis semua." Ucapku pada mamak.

"Alhamdulillah. dihemat-hemat uangnya, Nak," kata Mamak.

"Iya, Mak. Tapi uang ini Mamak gunakan saja untuk belanja sayur besok pagi," kataku sambil mengeluarkan receh dari kantong celana.

Bola mata mamak basah memandangiku, Aku tahu Mamak sedih atas keputusan anak kelimanya ini dalam membantu beban hidup keluarga. Dipeluknya aku dengan penuh cinta.

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop
#tantangan pekan Vii
#belajar merangkai aksara

Sabtu, 26 Oktober 2019

Lomba Menggambar Dinding Sekolah

Oleh : asma cnr

Hai, Sahabat Blogger! Lagi-lagi ketemu deh dengan kami anak Kampus Pelangi Ceria hehe... jangan bosan ya dengan cerita-cerita kami he.

Nah, kali ini kami ingin bercerita tentang Kegiatan Lomba Menggambar Dinding Sekolah.

Tepatnya, Kemarin Jumat 25 Oktober 2019, Di Sekolah kami mengadakan kegiatan Lomba Menggambar Dinding Sekolah. Lomba tersebut diikuti oleh ayah dan bunda kami semua.

Acara tersebut diadakan dalam rangka Puncak Tema "Lingkunganku". Tujuan diadakan acara tersebut adalah untuk menjalin ukhuwah dan silaturahim ayah dan bunda dengan para ustadzah di Sekolah kami. 

Selain itu, juga untuk memperindah Sekolah Kami. Sehingga Dinding Sekolah Kami yang berawal masih Polos belum ada gambarnya. Setelah digambar oleh ayah dan bunda. Sekolah kami semakin terlihat sejuk, indah dan semakin tambah menyenangkan.

Acara tersebut dimulai pukul 08.15 s. d. 11.15, 3 jam itu sungguh luar biasa untuk ayah dan bunda kami. Apalagi acara dibuka dengan brain gym yang sangat energik dan mengasikkan menambah suasana hati semakin ceria dan semangat.


Tak hanya ayah dan bunda kami saja yang menggambar. Kami pun diajak menggambar berkelompok di atas kertas oleh ustadzah. Kami pun merasa senang sekali melakukannya. Ditambah lagi ayah dan bunda kami juga semangat menggambar dinding sekolah. Kami semakin antusias bisa menggambar seperti ayah dan bunda kami.

Dari rangkaian lomba tersebut diambil kejuaraan 1,2,3, harapan 1, harapan 2 dan harapan 3. Bagi kami kejuaraan tersebut hanyalah simbol dan bonus. Yang paling utama dalam kegiatan itu adalah ajang kreativitas, kerjasama, kekompakan, kebersamaan dan kekeluargaan serta ajang silaturahim keluarga besar Sekolah kami dengan ayah dan bunda.


Semoga beberapa rangkaian acara tersebut semakin mempererat tali silaturahim dan menjaga kekompakan serta kerjasama tim.

Jadikan hidup ini selaksa warna warni pelangi kehidupan yang semakin menambah indahnya perjalanan hidup.

Salam Kompak, Salam Ceria 😍😍😍

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Berkunjung Ke Perpustakaan Daarul Arqam SD Al Irsyad 01 Cilacap


Oleh : asma cnr

Hai, teman-teman sahabat blogger semua. Bertemu lagi dengan kami anak-anak Kampus Pelangi Ceria....He

Kami mempunyai cerita yang sangat mengesankan untuk kami loh teman-teman....

Tepatnya Kemarin, Jumat 18/10-2019, kami anak-anak Kampus Pelangi Ceria diajak oleh ustadzah mengunjungi Perpustakaan Daarul Arqam SD Al Irsyad 01 Cilacap. 

Tempatnya lumayan jauh dari Sekolah kami loh. Kami diantar ke perpustakaan oleh Ayah dan bunda. Sesampainya di sana. Ustadzah sudah menunggu kami. Bahkan kami semua di sambut dengan penampilan Marching Band SD yang kami kunjungi. Kakak-kakak anak SD semangat sekali memainkannya, sehingga membuat kami senang sekali.

Tim Marching Band

Nah, selain disambut dengan penampilan Marching Band. Kami juga disambut dengan sebuah tari kreasi nusantara. Wah, kami semakin antusias dan senang melihatnya.

Ternyata, tidak hanya di sekolah kami yang terdapat Drum Band, musik dan tarian. Di SD pun juga ada loh. Terlebih lagi kami sangat terpukau ketika melihat penampilan kakak-kakak anak SD menampilkan macapat. Teman-teman sahabat blogger tahu tidak tentang macapat. Itu loh tembang jawa seperti sinom, gambuh dan lain sebagainya hehe....kami juga baru tahu loh hehe...ustadzah yang memberitahu kami tentang macapat. Kata ustadzah ketika di SD nanti, kami akan diajari nembang macapat. Wah, rasanya ingin segera ke SD nih hehe

Setelah melalui sambutan-sambutan yang meriah dari pihak SD. Lalu kami diajak memasuki ruangan yang penuh dengan lemari buku. Sebelum kami diajak membaca beberapa buku. Kami diajak menonton film dokumenter yaitu film tentang berdirinya perpustakaan Daarul Arqam ini. Hemmm...kami jadi semakin tahu nih teman-teman he... 

Pustakawan memperkenalkan Perpustakaan

Oh iya, teman-teman...acara kami berkunjung ke perpustakaan adalah bertepatan dengan puncak tema "Alat Komunikasi". Tujuan kami berkunjung ke perpustakaan adalah kami dikenalkan berbagai macam alat komunikasi. Seperti halnya, Koran dan buku bacaan. Nah, koran dan buku bacaan adalah alat komunikasi yang sangat luar biasa. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang banyak untuk kami. 

Saat kami ambil dan baca buku di perpustakaan tersebut. Kami sangat antusias. Meski kami belum bisa membaca. Tapi kami bisa membaca gambar yang terdapat dalam buku bacaan atau koran.


Wah, sehari itu. Kami merasa senang sekali. Kami jadi tahu betapa sangat bermanfaat sekali kita untuk membaca dan mengenal banyak alat komunikasi.

Baiklah, teman-teman sahabat blogger semua. Demikian cerita singkat kegiatan kami dalam mengunjungi perpustakaan Daarul Arqam SD Al Irsyad 01 Cilacap.

Apabila teman-teman ingin berkunjung. Boleh kok. Silakan mampir ya...hehe Salam Literasi 🤗🤗🤗 

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Kamis, 24 Oktober 2019

Jangan Katakan


Jangan Katakan
Oleh : asma cnr

Jangan katakan benci
Sedang rasamu bisa saja berganti
Ada Dia yang membolak-balikkan hati
Bisa jadi kau sesali esok atau mungkin nanti-nanti

Jangan katakan sayang
Sedang hatimu dipenuhi keraguan
Antara hitam dan putihpun masih saja bimbang
Kenapa tak biarkan saja waktu berjalan, menjadi jawab atas takdir yang kau pertanyakan

Jangan katakan rindu
Mengartikan getar-getar di dada saja terlampau malu
Menyebutnya pun lidah demikian kelu
Mungkinkah masa lalu masih saja membelenggu?

Jangan katakan cinta
Bila membahasakannya dengan sederhana pun tak bisa
Bukan kata, cukup buktikan saja
Lalu yakinkanku dengan doa-doa yang kau langitkan pada-Nya

Jangan katakan, cukup rasakan
Setiap rasa yang menguasa
setiap getar yang menjalar
juga setiap getir yang mengalir

Jangan katakan, cukup rasakan
Sebab bila pintaku-pintamu berpilin
Takdir terbaik tak perlu lagi kau sangsikan
Atas kehendak-Nya hatiku-hatimu saling terjalin

Jangan katakan, cukup rasakan

Clp, 24 Oktober 2019

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Sayang


Sayang
Oleh : asma cnr

Hidup itu sayang

Sayang bila harus menjadi pecundang
Enggan berjuang sedang hati ingin menang
Jangan sekalipun bermain curang
Sedang diri tak menyadari berdiri di tepian jurang

Hati itu sayang

Sayang bila hanya bisa meradang
Sekejap hancur seperti bongkahan-bongkahan karang
dan terbuang

Pikiran itu sayang

Sayang bila hanya mencurigai orang-orang
mencari-cari belang, lalu mengerang
menyerang

Hidupmu milikmu
Hidupku milikku

Sayang
betapa banyak waktu terbuang
betapa sering asa menghilang
sebab mengenang segala yang telah usang

Sayang
Betapa hati kian bimbang
tiada setitik rasa tenang
sebab lidah setajam parang

Sayang
Malam berganti siang
Namun tak selamanya kan benderang
Sekali waktu mendung pun kan datang
Pastikan payungmu telah siap sebelum hujan menerjang

Clp, 24 Oktober 2019

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Selasa, 22 Oktober 2019

Untaian Tasbih



Untaian Tasbih

Malam menjelang
Kelam pun datang
Keheningan yang menemani
Menambah rasa sepi

Aku bersujud pada-Mu
Dalam sepertiga malam-Mu
Wahai, Sang pemilik kehidupanku
Aku tersungkur bermunajat kepada-Mu

Untaian tasbih
Terlantun lirih
Pengikis perih
Otak pun semakin jernih

Kumendekati-Mu dengan bersimpuh
di atas hamparan sajadah
Kurajut doa dengan seksama
Agar menjadi orang yang selalu rida
di jalan-Mu Yang Maha Segalanya

Semakin basah bibir ini
Semakin kelu bibir ini
Semakin kerdilnya Hati ini
Di hadapanMu Sang Maha Suci


Clp, 22 Oktober 2019

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Senin, 21 Oktober 2019

Untuk Buah Hatiku


Untuk Buah Hatiku
🍃asma cnr🍃


Berangku bukan antipati
Tetapi,  ungkapan kasih sayang
Biar jadi orang
Kendati besar nanti

Nasihat bak duri
Menusuk cerucup afeksi
Membuat ngilu kalbu
Menerai zalim meski untuk kebaikan diri

Apa yang kaubongkakkan
Mengingat-Nya saja tak mampu
Bukan harta dan kecanggihan
Peyokong denyut terahir usiamu

Ibadah
Sedekah
Jariyah
Handai keabadian


Buang keegoisan
Demi masa depan rucira
Bukan semata-mata dunia anitya
Tetapi, kelak di alam baka

Clp,  21 Oktober 2019

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Minggu, 20 Oktober 2019

Berkemah Bersama Keluarga (Camp With Family) di Taman OTCA


Camp With Family
(Berkemah Bersama Keluarga)

Lagi-lagi belum bisa move on dari tempat ini hehehe....entahlah, rasanya menyatu dengan alam sangatlah menyenangkan.
Apalagi melihat hamparan hijau nan menyejukkan ciptaanNya. Semakin tak hentinya mengucap syukur atas karunia indah dariNya.


Ceritanya, Dua bulan lalu saya bersama keluarga berlibur ke sebuah tempat. Kami sekeluarga dan beberapa keluarga teman yang lain melakukan kegiatan berkemah bersama keluarga. Bahasa lebih kerennya camp witth family. Kegiatan tersebut semakin menambah kebahagiaan tersendiri loh teman-teman. Hehe



Nah, kami melakukan kegiatan liburan yang bermanfaat di Taman OTCA (Out Bond Tranggulasih Culture Adventure) yang bertempat di Desa WinduJaya Kedung Banteng Purwokerto Propinsi Jawa Tengah.

Camp with family di OTCA merupakan kegiatan yang sangat nyaman dan ramah anak. Nggak bakal nyesel deh camping disana. Bikin lagi, lagi, lagi dan lagi dehhhhh hehehe

Selain ramah anak, tempat tersebut sangat bersih, nyaman dan tenang. Irit di budget juga loh teman-teman.

Tiket masuk per orang hanya 15 ribu rupiah, sewa tenda plus matras seharga 50 ribu rupiah. Fasilitas kamar mandi sudah pakai sepuasnya, mushola dan listrik pun ada juga. 

Taman OTCA merupakan tempat yang cocok sekali untuk berkemah sekeluarga, ada permainan flying fox, sepeda terbang, outbond, games seru, dan camping ceria.



Yuk, teman-teman sahabat dumay. Segera agendakan ya camp with family di Taman OTCA 😍😍😍


#ODOPBATCH7
#ONEDAYONEPOST
#KOMUNITASODOP
#Tantanganpekan6
#HappyCampingwithfamily😍😍😍

Sabtu, 19 Oktober 2019

Tasbih Cintaku Pada-Mu


Tasbih cintaku pada-Mu

Doa yang berlimpah
Di bulan penuh berkah
Terbuai diri pada Sang Kuasa
Bertekuk sujud pada-Nya

Sucikan hati
Jernihkan pikiran
Bersimpuh dalam belai-Mu
Berharap ampunan-Mu

Ayat ayat suci merdu terdengar
Khatamkan Alquran
Insya Allah jadi tuntunan
Di bulan penuh keberkahan

Ya Allah
Akankah  kujumpa lagi
Bulan suci
Bulan penuh barakah

Asaku bertemu harap
Dalam remang cahaya
Hanya doa yang bisa kupanjatkan
Lafazkan asma keagungan-Nya


Clp,  19 Oktober 2019

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Jumat, 18 Oktober 2019

Rindu dan Resti



Rindu dan Resti

Menghilangkan rindu padamu
Hal yang tak mungkin
Sama seperti
Mentari terbit dari sisi barat

Berada jauh darimu
Bagai dalam lakuna
Diam
Tanpa napas

Tetapi,
Saat dalam dekapmu
Hasratku berbisik
Menyanyikan berjuta puisi

Harumnya petrikor
Arunika yang membelai
Rasa yang bercerita
Saat berdua

Hembusan napasmu
Mengalir lembut
Menghirup aroma cinta
Restiku tak bertepi

Jika ini hanya efemeral
Kuingin halangi waktu
Selalu
Bersamamu


BSD, 18 Oktober 2019

#Odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Kamis, 17 Oktober 2019

Senandung Rindu



Senandung Rindu

Matamu memancarkan cahya
Seindah arunika
Berkilau lembut
Laksana  pancarona

Hanya mengagumimu
Dalam diam dan tanya
Mengalun perlahan
Dalam atma nan lara

Gamang hatiku
Melepasmu pergi
Menahan rindu
Dalam hati

Semua anca
Akan terlewati
Berharap engkau
'kan kembali

Kutitipkan rasa
pada payoda
Tentang rindu
yang membara

Dalam bait-bait doa
yang tertunda
Semoga engkau selalu ada
dalam dekapan-Nya

Cilacap, 17 Oktober 2019
🍃asma cnr🍃

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob

Rabu, 16 Oktober 2019

Aku dan Kau



Aku dan Kau
Oleh : asma cnr

Masa bersua getarkan rasa
Debar-debar jantung menggelora
Entah mengapa kau ada
Mungkin, Allah telah tuliskan kau di sana
Kau adalah belahan jiwa

Aku dan kau berjumpa
Dalam sekolah yang sama
Saat menimba ilmu di SMA
Kau kelas tiga, aku kelas dua

Lalu kita sering bertemu
Di perpustakaan itu
Baca buku
sebagai alasan 'tuk bertemu

Kau curi pandang padaku
Ketika mata beradu
Senyum mengembang syahdu
Indahnya perjumpaan itu

Kau dan aku
Kini menjadi satu
Semakin bersatu padu
Membangun istana yang baru
Penuh romantisme selalu
Aku semakin jatuh cinta kepadamu

Cilacap, 16 Oktober 2019
 🍃asma cnr🍃

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Selasa, 15 Oktober 2019

Sujud Bersamamu


Sujud Bersamamu
Oleh : asmacnr_26

Tak kuasa kubendung hujan dari bola mataku
Terucap syukur pada Sang Penciptaku
Mencium arumi tanganmu
Saat takdir mempersatukan diriku dan dirimu

Pair jantungku saat kautatap
Perjuanganmu bak romansa pujangga
Bercerita kala anca menjulang asa
Dirimu teguh, kuat dan mantap

Siapa sangka
Skenario hidup penuh rahasia
Tertutup rapi berjudul takdir cinta
Aku dan kamu kini merajut asa

Saban hari kumenantimu
Saban waktu kumerindumu
Bersamamu shyam berlalu
Kenyamanan terpatri selalu

Kini kau imam hidupku
Terharu pada mata sendu
Berbisik memuji dalam candamu
Bersujud mengungkap jamanika cintaku dan dirimu

Cilacap, 15 Oktober 2019
asmacnr_26

#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop

Senin, 14 Oktober 2019

Fragmen Hati Part 2


Oleh : asma_cnr

      Tiga tahun rasanya cepat berlalu, roda kehidupan terus berputar atas kehendak-Nya. Namun mengapa luka ini masih terus menganga. Ketika itu, tepat tanggal 1 September 2018. Adik Yoyo bernama Eno sedang melangsungkan pernikahan. Kebetulan, keluarga besarku diundang oleh keluarga Yoyo.

Tepat acara ijab qabul, kakak sepupu dari ibuku menghadiri acara tersebut. Melihat mereka datang rasanya senang sekali. Aku segera mendekati mereka. Lalu kuajak mereka ke ruang tamu. Di ruang tak begitu besar, ada Eno dan Tesi kakak iparku. Nah, selayaknya saudara. Aku dengan wajah sumringah memperkenalkan saudaraku.

     Ketika itu, rasanya aku menemukan keganjilan. Saudaraku tak disambut dengan ramah. Hanya disambut dengan pandangan sinis yang mereka tampakkan. Melihat suasana seperti itu hatiku mulai bergejolak. Semakin meradang sukmaku.

     Selama tiga tahun, kuberusaha kuat, kuberusaha sabar dan tegar menghadapi saudara-saudara suamiku. Hari itu, hari pernikahan Eno, puncaknya atmaku menyeruak. Selaksa halilintar yang terus bergemuruh hebat memekakkan dunia dan seisinya.

    Setelah kupersilakan duduk, kakak sepupuku bersama yang lainnya. Aku berjalan menuju tenda bagian prasmanan. Aku memilih duduk lalu Yoyo mendekatiku. Karena mendapatiku dengan wajahku yang sudah berubah 180 derajat. Muka ceria yang kumiliki berubah menjadi memerah menyala menahan amarah yang menyesakkan dada.

      "Na, Mbak Iko dan Mbak Re sudah disapa belum?" Tanya Yoyo seakan ia tak tahu bahwa petir mulai menggelegar di dalam sukmaku.

Aku cukup mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Yoyo.

"Yuk, Temani mbak Iko dan mbak Re ya di ruang tamu, kasihan kan taka da yang menemani?" ajak Yoyo kepadaku.

Namun aku masih terdiam dan kaku. Rasanya badan semakin tak mampu bergerak. Wajahku seakan merah membara, aku menatap tajam Yoyo. Aku tarik nafas dalam lalu aku berkata, 
   
 "Mau keluargamu apa? Jika memang berniat mengundang saudaraku, mengapa harus disambut dengan tatapan sinis?! Tamu itu harus disapa dan dihormati. Bukan malah dicueki dan dipandang sinis?!."

Yoyo pun semakin memerah wajahnya, dengan menahan amarahnya. Ia jawab, "bisa tidak di acara seperti ini jangan menyulut amarah?"

Aku sudah muak dan bosan dengan suasana yang semakin memanas sukmaku. Aku pun berlari menuju ruang belakang rumah. Terdapat ruang kosong. Kumenangis sejadinya di ruang itu. Aku berusaha melirihkan suara tangisku. Namun, ketika itu Icha melihat aku sedang tergugu menangis. Icha mendekat dan berkata,  "Umi, kenapa mengangis? Kenapa umi menangis disini?"

    "nggak apa-apa. Cha. Umi hanya ingin menangis disini. Sekarang icha kedepan saja ya. Biarkan umi di sini." Jawabku sembari mengelap bulir huan dari netraku.

Kemudian Icha berlari keluar ruangan sembari teriak memanggil suamiku, BapakbapakUmi nangis di belakang.

Mbak Iko dan mbak Re mendengar Icha memanggil Ayahnya. Kemudian mencari keberadaanku. Dan akhirnya menemukanku di kamar belakang. Lalu dipeluklah aku. Aku menangis histeris setelah dipeluk mbak Iko. Rasanya lukahatiku yang telah lama kusimpan sendiri terluapkan dengan menangis yang luar biasa.

"Kenapa Is?" Tanya mbak Iko sembari memelukku.

"Maafin Isna ya mbak, Isna nggak kuat di sini. Melihat mbak Iko dan mbak Re dipandang sinis oleh mbak Tesi rasanya aku benci sekali."

     "Ya Allah, Nnanggak apa-apa, na. Isna jangan berpikir macam-macam ya" ucap mbak Iko sembari mengelus punggungku perlahan.

"Aku sedih mbak, mau sampai kapan aku seperti ini?" ucapku seakan rasanya hidupku sudah tak berarti lagi.

"Mbak Iko tahu, Isna sudah lama menahan luka dari sikap keluarga Yoyo. Sekarang Isna belajar untuk mencoba tenangkan diri, perbanyak istighfar. Itu kuncinya ya, Isna sayang." tegas mbak Iko berusaha menenangkanku.

"AstghfirullahalAdzim...kenapa aku seperti ini, mbak Iko?" Aku semakin memeluk erat mbak Iko.

        "Mbak Iko percaya, Isna bisa bangkit dan semangat dari keterpurukan ini. Jangan terus simpan lukamu. Ayo, teruslah bangkit dan buka hatimu, Na. bahwa dalam rumah tangga itu banyak orang di sekelilingnya. Tiap orang mempunyai karakter masing-masing. Setiap orang juga berhak suka dan tidak suka. Jika memang ada beberapa keluarga Yoyo tidak suka dengan Isna. Semua itu wajar, sayang." Ucap mbak Iko. Ia berusaha menasihatiku supaya aku terus bangkit dan semangat menjalani hidup berumah tangga.

Siang itu suasana panas cetar membahana seperti hatiku. Meski hatiku tersayat dan terluka dalam tangisku. Aku terus berpikir dan meyakinkanku bahwa selama tiga tahun ini kuberusaha menahan luka yang menganga tapi aku harus kuat, sabar dan tegar.

     'Bukankah aku sudah berjanji pada diriku bahwa aku harus bangkit dari keterpurukan. Saat ini aku adalah istri Yoyo. Diyah adalah Diyah., sosok yang sudah bahagia bersama-Nya. Aku tak ingin peduli lagi apa yang kakak iparku perbuat.
Aku harus fokus pada tujuan hidupku. Bahagia bersama Icha gadis semata wayangku dan Yoyo suamiku, yang kelak akan membawaku ke surga bersama cinta-Nya. Harapan akan selalu terpatri dan memperkuat janji dalam diri ini.

Kunci kebahagiaan adalah terletak pada menerima dan memaafkan. Menerima segala ketentuan dari-Nya dan memaafkan segala ujian yang ditempakan oleh makhluk-Nya serta bagaimana membawa diri menjadi pribadi yang ikhlas jika bertemu cinta-Nya.

#Odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
 

Minggu, 13 Oktober 2019

Merajut Rindu


Merajut Rindu
Oleh : asmacnr_26

Rintik hujan
Mulai turun Perlahan
Bersama Embusan
Angin kehidupan
Membuatku tertawan
Pada masa penuh kenangan

Akankah kutemukan
Sebuah harapan
Sebuah keinginan
Sebuah tujuan
Sebuah impian
Bersama kalian

Wahai, teman
Ingatkah kalian
Kebersamaan
Candaan
Senyuman
Semua itu selalu kurindukan

Bersama kalian
Kurajut kerinduan
Bersama kalian
Indahnya kebersamaan
Menyeru kebaikan
Menuju kebahagiaan
Bersama cinta-Nya Yang nyaman

Akankah semua itu
dapat terulang kembali
Dalam warna kehidupanku

Akankah semua itu
Dapat terulang kembali
Tuk mengobati rasa rindu yang menggebu

Wahai, Sang Pemilik waktu
Ijinkan aku terus menyeru
Untuk berdoa Kepada-Mu
Sebagai pengobatku
Merajut Rindu

Cilacap, 13 Oktober 2019


#odobbatch7
#omedaynepost
#komunitasodob
#tantanganpekan5

Sabtu, 12 Oktober 2019

Fragmen Hati part 1


Fragmen Hati
Oleh: asma_cnr

  Pagi itu, Arunika memancarkan cahayanya yang indah dan hangat seakan memberikan suntikan kehangatan padaku  di sebuah gubuk yang tak terlalu mewah. Rumah yang berukuran tak terlalu besar. Rumah yang baru pertama kali kusinggahi.
  Yah, pagi nan cerah itu aku semangat mengawali hariku di rumah mertua. Tak ada angin dan tak ada hujan, sosok perempuan berbadan kecil, bermata lebar dengan wajah seperti menyimpan misteri bagiku, ia bernama Tesi, kakak iparku yang sedang duduk santai di ruang tamu. 
    Seperti biasa aku melakukan kegiatan bersih-bersih rumah dengan menyapu. Bagiku, di rumah ibuku atau di rumah mertua. Sama saja, aku selalu bangun lebih awal dan melakukan rutinitas sehari-hari, yaitu, nyapu, ngepel dan lain sebagainya. Terlebih lagi kegiatan memasak, sekarang aku sudah menjadi istri seseorang. Sehingga menjadikanku untuk membiasakan memasak untuk imamku yaitu suamiku. 

  Aku sangat menikmati apa yang kulakukan setiap pagi, menyapu ruangan hingga teras depan rumah mertuaku. Ketika sudah selesai menyapu di teras depan rumah, aku mendekati  kakak ipar dan mengajak ngobrol santai kala itu. 

      Namun, entah kenapa. Tiba-tiba obrolan dirasa semakin membuat hatiku bergemuruh hebat. Seperti ada petir bahkan panah yang menusuk tajam relung hatiku.

    "Hemmm....tahu gak, na...di sofa ini. Aku selalu bercanda ria dengan Diyah. Diyah itu sosok anak yang cantik dan baik. Kemana-mana selalu bersamaku. Diyah dan Yoyo itu pasangan yang romantis. Selalu bikin aku iri . Gak nyangka udah pergi duluan." Ucap Tesi kakak iparku.

    "Oh iya, mbak." Aku hanya menjawab singkat. Betapa berat rasanya menahan  gejolak panas dihati ini.

    Lanjut kakak ipar,"kasihan Yoyo masih muda ditinggal istrinya meninggal dan harus mengurus  anaknya sendiri."

      Air di hatiku mulai mendidih, panas yang luar biasa sedangkan Tesi menatapku selidik seakan menambah gemuruh dalam atmaku. Rasanya ingin lari dari ruangan itu, menangis dan teriak sekeras-kerasnya. Aku berusaha kuat menghadapi kakak iparku yang satu ini. 

   "Iya mbak, aku tahu betul rasanya kehilangan seorang yang dicintai bahkan disayangi. Akupun merasakan bagaimana kehilangan bapakku dan akupun sampai tak bisa melihat  terakhir bapakku tiada. Ketika itu, aku masih di semarang. Tiba-tiba dijemput. Sesampinya di rumah,  bapak sudah dimakamkan." Kujawab sembari menahan embun di bolamataku.

     "Kamu masih mending kehilangan bapak. Kalo Yoyo kan kehilangan istri! Bedalah rasanya!" Ucap Tesi Sembari menatap tajam ke arahku.

       Deg.

  Otakku semakin memanas, hatiku semakin mendidih bergemuruh kian berkecamuk.

    "Apa???masih mending???halooo...yang namanya kehilangan seseorang itu rasanya luar biasa. Aku tahu betul rasanya."  Ucap lirih hatiku dan sebongkah daging terdalamku semakin meronta, Seakan petir semakin menyambar atmaku. Berasa ingin jatuh air mata ini. Namun, kuberusaha kuat menahannya.

 Akhirnya, Aku tanpa permisi meninggalkan obrolan dan melanjutkan aktivitasku. Aku melanjutkan menyapu hingga ruangan dapur. Sesampainya di ruangan berkeramik biru langit, di westafle yang berukuran tak terlalu kecil. Aku nyalakan kran air, cuci tangan dan kuusap muka mungilku dengan sedikit air yang menempel telapak tanganku. Lalu  aku masuk kamar mandi. Menyalakan kran air. Menangis sejadi-jadinya. Tumpah ruah segala yang menusuk tajam relung hatiku.

   Belum ada seminggu aku menjadi menantu di rumah mertua. Bahkan baru semalam aku menjadi sosok menantu di rumah bercatkan warna kelabu. Seakan menandakan awal kelabu hariku di rumah mertua. Rasanya hatiku semakin terluka. Sakit. Jika untuk memilih, lebih baik luka tergoreskan belati daripada luka yang tertusuk lisan yang terjaga arahnya.

Astaghfirullah.

      Mampukah aku menjalani hidup baruku bersama Yoyo. Jika masih bertemu dengan orang satu ini bernama Tesi yang suka membanding-bandingkan hingga menusuk tajam relung hatiku.

     "Jangan putus asa, wahai diri. Biarkan nyinyiran tajam itu sedang membawa lisannya mencari tempat persinggahan terbaik di singgasana-Nya." Lirih hatiku untuk menenangkan diri dan menyemangati diri.

*** bersambung

#Odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob

Jumat, 11 Oktober 2019

Episode Terakhir (Ada Asa Meski Terluka) Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku

Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku 
Part 4 Ada Asa Meski Terluka
Oleh:asma_cnr


      "Aku harus bagaimana lagi, Mas? Kurang apa aku di mata saudaramu? Apa perlu aku bongkar kuburan Salamah jika yang dilihat kakakmu hanya dia dan bukan aku?".

Asma begitu histeris sore itu, seluruh isi kamar terlihat sangat berantakan seperti menampakkan hatinya yang berkecamuk hebat. Fauzan mendekati istrinya, berusaha menenangkannya dengan pelukan. Belum sampai tangan Fauzan memeluk sang Istri, tangannya sudah ditepis oleh Asma. 

Fauzan berkeras merengkuh Asma dalam pelukannya, berusaha menenangkan meski Asma terus saja berontak dan meronta sejadinya. Rasa-rasanya Fauzan hampir putus asa.

 "Kau adalah istriku, Asma. Aku memilihmu dengan sepenuh hati agar kulewati sisa usia ini bersamamu. Percayalah, kau yang aku dan Nayya butuhkan saat ini, bukan yang lain, bisik Fauzan di dekat telinga Asma.

Fauzan terus menyakinkan Asma dengan mengelus punggung istrinya perlahan. Ia pernah berjanji tidak akan membiarkan istrinya menangis lantaran ada yang mengungkit masa lalunya. Pasti berat bagi Asma untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung dari anak pernikahan suami sebelumnya, Fauzan mafhum sekali. Sejak saat itu, Fauzan berjanji akan menjaga hati dan harga diri istrinya. 

Malam ini biar Asma puas menangis di pelukannya. Sebagai suami, ia akan sabar melewatkan malam ini agar Asma bisa bebas melepas kepenatan hatinya. Pelukan Fauzan sedikit meredakan Asma, ia lalu merebahkan badannya di samping Nayya yang sudah tertidur pulas. Fauzan pun menyusul merebahkan badannya di samping istrinya sambil memegang jemari erat-erat.  Dikecupnya jemari lentik itu. 

"Akan selalu ada asa dalam setiap luka. Yakinlah,  ujian Allah tidak akan melebihi kemampuan hambaNya, karena Allah tahu seberapa kemampuan hambaNya itu," bisik lirih Fauzan kepada Asma, "Mari kita buka lembaran baru bersama-sama." Genggaman erat Fauzan meyakinkan Asma.

~Tamat~

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#belajarmerangkaiaksara

Kamis, 10 Oktober 2019

Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku Part 3


Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku Part 3
Oleh : asma_cnr

     Srek  Kresek... Srek... Kresek... Srek .... Suara kresek yang diremas Asma dan Nayya.

Bola mata Asma dan Nayya terbelalak melihat sebungkus coklat besar di dalam kotak yang mereka temukan. Senyum keduanya mengembang demi menikmati cokelat tersebut. Jadilah Asma mengajak Nayya membuat kreasi bunga mawar dari kertas. 

Profesi sebagai guru TK memang membuat Asma begitu akrab dengan keterampilan tangan. Keasyikan keduanya terhenti saat Fauzan tetiba datang dengan raut muka penuh keheranan.

"Umi dan Nayya lihat kotak berbungkus kertas emas?" tanya Fauzan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Asma dan Nayya hanya saling melempar senyum dan masih saja sibuk dengan kreasi bunga mawar.

Fauzan memandang heran keduanya. Paham bahwa senyum keduanya menyiratkan sesuatu. Semakin ditajamkannya pandangan pada keduanya, hingga Fauzan melihat ada sobekkan kertas emas yang dikenalinya di bawah kaki Asma dan Nayya.

"Hmmm  ketahuan, yah. Umpetin cokelat ya?" Lantas didaratkannya cubitan gemas di pipi istri dan putri kesayangannya.

Pecahlah tawa ketiganya di sore itu. Tawa bahagia yang menggambarkan betapa mereka kini saling mengisi satu sama lain selayak sahabat yang siap saling berbagi cerita dan menorehkan cinta.

Malam semakin larut, Asma memeluk Nayya yang sudah terlelap, Setelah beberapa dongeng pengantar tidur didengarnya. Perlahan, Asma mulai meraih telepon genggamnya, terbit keinginan untuk berselancar di dunia maya. Jemarinya terhenti pada sebuah postingan. 

Tante Salamah... Sampai kapanpun kau tak pernah tergantikan.

Seperti ada petir yang menyambar hati Asma. Salamah adalah almarhumah istri Fauzan dan yang menulis postingan tersebut adalah saudara kandung Fauzan. Satu kalimat itu saja sudah sukses meremuk redamkan perasaan Asma.

 Derai air mata berebut keluar tak tertahankan. Asma bersimpuh memeluk kedua lututnya, hatinya terluka begitu dalam. Fauzan tergugu saat melihat istrinya menangis sedemikian rupa. Diraihnya telepon genggam yang diremas istrinya.

"Jadi, aku ini apa? Aku memang tidak dapat menggantikannya. Aku adalah aku." Pecah tangis Asma malam itu.

Fauzan terdiam demi membaca penyebab tangis istrinya itu, bagaimapun juga Asma adalah istrinya saat ini dan sosok di masa lalu takkan bisa kembali.

Di ujung tangisnya, Asma menguatkan azzam dalam hati. Biar aku menjadi rumput ilalang yang meski berulang kali diinjak dan dicabut, namun aku akan tetap kuat menghadapi dunia.

Masih basah luka hati Asma yang ditorehkan Ruti, kakak kandung Fauzan, atas postingannya beberapa waktu lalu dan kini ia berdiri tepat di pintu kamar Asma.

"Keponakanku cantik banget rambutnya dikepang," celetuk Ruti saat melihat Asma tengah sibuk menata rambut Nayya.

Asma hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya, bersikap biasa pada seseorang yang menyindirnya di sosial media adalah hal yang cukup membuat Asma menghela nafas panjang.

"Kasian sekali Fauzan ditinggal almarhumah istri yang dicintainya. Kamu gak tahu kan, rasanya? Mereka berdua itu pasangan romantis sekali. Membuat iri semua orang."

Kilatan petir semakin menusuk tajam hati Asma. Tak cukup di dunia maya, kini komentar kakak ipar Asma begitu tajam nyata di depan Asma. Tinggal di rumah mertua saja sudah terasa berat, sekarang malah harus menghadapi ipar yang membandingkan dirinya dengan sosok yang sudah terkubur di dalam tanah. Asma sangat tersiksa, namun dikuatkan hati bahwa dirinya tak boleh terpengaruh. Aku tak boleh hancur, aku takkan bercermin pada cermin yang terbelah.

Asma kembali tersenyum seraya diingatkan foto Salamah yang tersimpan rapi di dalam laci lemari. Ditatapnya Nayya yang sudah rapi dan berkata, "Putri kesayangan Umi cantik sekali.

Ruti mendengus kesal merasa kehadirannya diabaikan.

*bersambung

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
# belajarmerangkaiaksara

Rabu, 09 Oktober 2019

Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku Part 2


Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku
Part 2
Oleh : asma_cnr

     "Ibu ... Ibu ... Ibu ... !!!" terdengar teriakan Nayya, putri suami Asma, Fauzan, yang menangis sejadi-jadinya hingga berguling-guling di lantai, seraya memegangi sebuah daster milik ibunya.

        Ada sebongkah daging dalam diri Asma yang terasa nyeri saat melihatnya, hati. Seminggu sudah ia diboyong ke rumah mertua, setelah resepsi pernikahan digelar. Langkah pertama memasuki rumah itu, Asma merasa seperti orang asing, semua serba kikuk. 

  Terlebih lagi, tatkala Nayya sedang tantrum, maka hampir dipastikan ia akan meronta, dan yang lebih menyesakkan dada adalah selalu saja ia memanggil almarhumah ibunya.

     Pada saat yang sama, Asma pun meronta di dalam hati, Lalu Aku ini apa? Perlahan Asma mendekati Nayya, "Umi gendong ya, Sayang.”

      Nayya, sang Putri Kecil memandangnya. Asma merengkuh badan mungil itu dan mengusap punggungnya. Terus saja Nayya meronta, memanggil almarhumah ibunya. Asma sempat bingung dengan cara apalagi untuk bisa menenangkannya. Dieratkannya pelukan Asma. 

    Bismillah... Dengan dekapan yang hangat, Asma berusaha merengkuh hatinya. Tak peduli betapa keras ia harus berjuang, namun tekad Asma telah bulat untuk melabuhkan hati pada sang Putri.

   Nayya masih sesenggukan sambil menahan batuk yang terdengar begitu berat. Berkali-kali ia menghapus ingus dengan tangan mungilnya, badannya juga terasa hangat. 

   Gadis kecil itu benar-benar dalam keadaan ingin mendapatkan perhatian penuh dan butuh sosok seorang ibu. Pada usia 2 setengah tahun, dia kehilangan ibunya yang meninggal karena serangan paru-paru mendadak. Hal itu menjadikan Nayya membutuhkan kehangatan seorang ibu. 

    "Nanti setelah Mas salat magrib, kita bawa ke dokter ya, Sayang," Terdengar suara Fauzan duduk di tepi ranjang bersama Asma.

      Asma tersenyum simpul seraya  berkata, "Bantu aku menjadi ibu yang baik untuk Nayya dan istri yang baik untuk, Mas."

   Asma tahu betul bagaimana suaminya menyembunyikan kesedihan atas putri semata wayangnya yang sedang sakit merindukan sosok ibunya. Bukan hanya Nayya, bahkan ia bisa merasakan betapa suaminya pun menyimpan kerinduan akan sosok almarhumah istrinya itu.

      "Umi … Aku kan, gak punya ibu. Ibuku sakit dan meninggal. Sekarang sudah tidur di bawah tanah," bisik Nayya seraya mengelap ingus dengan tangan mungilnya.

Deg.

Gadis kecil itu sudah dapat menceritakan dengan jelas apa yang pernah dialaminya. Netra Asma mengembun demi mendengar cerita  Nayya, Si Gadis Kecilnya, yang masih begitu lugu dan polos. Ditatapnya kedua bola mata Nayya dengan hangat, begitupula putri kecilnya membalas tatapan Asma dengan penuh perhatian. Keduanya tenggelam dalam perasaan masing-masing, Nayya membutuhkan perhatian seorang ibu, sedangkan Asma ingin sekali menyatukan hatinya dengan hati Nayya. 

        "Nayya Sayang, Ini Umi. Sekarang Umi adalah ibu Nayya, jadi Nayya gak boleh sedih lagi, yah. Nayya sudah punya ibu baru. Asma berkata perlahan seraya menahan derai air yang akan turun dari matanya. Spontan direngkuhlah badan mungil Nayya dalam pelukan Asma. Senja sore pun turut menyaksikan keduanya dalam meniti jalan baru ke depan.


*bersambung

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#belajarmerangkaikata

Selasa, 08 Oktober 2019

Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku


Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku
Oleh: asma_cnr


      Ting.

   Sebuah pemberitahuan pesan dari telepon genggam menganggetkan Asma yang sedang mendengarkan nasyid kesukaannya. Agak setengah hati diraihnya benda mungil tersebut. 

Neng, Kamu sudah punya calon? Sebelumnya maaf yah, jika belum, Mbak ada calon untuk dikenalkan.

 Asma mengerutkan keningnya demi membaca pesan yang masuk itu. Diembuskannya napas dengan berat hati sebelum dibalasnya pesan tersebut. Lagi-lagi tema tentang calon suami. Masih terasa sakit atas proses sebelumnya yang menorehkan luka, lantas apakah ia sudah siap membuka hati kembali?.

Bergetar jemari Asma menyusun huruf demi huruf, Kalau belum kenapa dan kalau sudah kenapa, Mbak?

Pesan dari teman sesama guru tempat Asma mengajar cukup mengusik hatinya, tak biasanya pertanyaan yang bersifat privacy diajukannya. 

Tak berapa lama sebuah pesan balasan pun diterima. To the point saja ya, Neng... Suamiku merekomendasikan dirimu untuk temannya. Istrinya belum lama meninggal dan dia punya seorang putri yang masih kecil.

Gemuruh hati Asma kian berkecamuk. Haruskah tawaran perkenalan ini diterima, sedangkan ia masih menyimpan luka? Bagaimana menjelaskan kepada ibunya terhadap seorang lelaki yang sudah memiliki putri?

Ah....Asma Nindya Putri, gadis cantik nan periang itu, kini terdiam seribu bahasa. Tenggelam dalam pikirannya sendiri tentang sesuatu yang datang begitu tiba-tiba. Bukan perkara mudah baginya untuk menerima atau menolak sesuatu. Pikirannya menerawang jauh, mencoba pasrah akan perkara jodoh. Apabila Allah sudah berkehendak maka mana bisa manusia mengelak.

Asma pun mulai berpikir keras dan berusaha meyakinkan diri bahwa pilihannya memang beresiko, namun harapan akan selalu ada. "Aku tak ingin seperti menerima kotak Pandora, kotak yang penuh dengan resiko manakala kita tak sanggup mengendalikannya," gumamnya perlahan.

Dengan keyakinan yang kuat, akhirnya Asma memutuskan ingin melewati setiap resiko dan ujian, manakala kelak menyandang status sebagai istri sekaligus ibu sambung dari anak pernikahan suami sebelumnya.

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#Antologikisahinspiratiftemacinta

Senin, 07 Oktober 2019

Janji part 6



JANJI
Part 6 (Episode terakhir)

  Gerimis jatuh satu-satu membelai gundukan tanah merah. Wangi bunga melati yang khas menguntai elok di atas pusara. Sesekali kicauan  burung membangunkan pohon bambu yang tertidur, lalu berderit-derit saat angin menyentuh batangnya.

Sayup-sayup terdengar bacaan Al quran, bercampur dengan isak tangis dan ucapan bela sungkawa.

Bendera kuning melambai-lambai membuat bulu kuduk merinding, bertanya-tanya orang yang melihatnya. Siapa gerangan yang dipanggil-Nya??

Janji Falisha sudah ditunaikan pun dengan janji sang suami. Tapi hanya Tuhan yang menentukan, Dia sang pemilik kepastian Dia tunaikan janji-Nya.

TIAP-TIAP YANG BERNYAWA AKAN MERASAKAN MATI. (QS : AL-IMRON 185)

Batu nisan bertuliskan Nama Falisha sudah jelas tertancap di atas pusara.

"Selamat tinggal istriku bidadari terindahku."

Lelaki yang menjadi suaminya Falisha tak lagi mampu membendung air hujan jatuh dari langit penglihatannya.

Dengan sedu sedan nama istrinya berkali-kali dipanggilnya. Teringat di malam tadi ketika sang bidadari masih berada dalam peluknya.

Walau raga tak lagi sempurna tapi di mata suaminya Falisha terlihat sangat cantik, wajahnya bak cahaya dan dari tubuhnya tercium harum wewangian.

Rupanya malam itu percakapan terakhir bersama sang dewi, malam itu dia sudah ditunggu malaikatul maut. Wangi-wangi tubuhnya harum bunga kasturi yang dibawa bidadari. Dia akan dipinang kematian. 

Jumat mubarok dan di hari itu suaminya mendapat kejutan yang maha dahsyat. Ketika dahulu dia meminang istrinya melihat Falisha berbalut  kebaya putih nan cantik, kini Falisha dipinang Sang Kuasa berbalut kafan putih.

Hanya satu yang akan menjadikan nya mudah.

IKHLAS....

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob

Minggu, 06 Oktober 2019

Improvisasi Legenda Nusakembangan

Ceritanya, malam ini menulis deadline komunitas odob, dengan tantangan pekan keempat yaitu improvisasi cerita rakyat.

Kali ini, saya "asma" sebagai penulis. Telah membuat tantangan pekan 4 dengan mengimprovisasi cerita legenda Pulau nusakambangan. Penulis telah mengubah nama tokoh. Sedikit mengubah alur cerita dan mengubah sedikit  ending ceritanya.


Nusakembangan
Oleh: asma_cnr

            Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang terkenal kesaktiannya dari Jawa Timur yang bergelar Prabu Aji Pamungkas. Raja ini terkenal dengan wataknya yang keras dan tak mau terkalahkan oleh siapa pun. Apalagi kepada para hambanya, kepada raja-raja negara lain pun ia tidak mau mengalah. 

     Ketika itu, Kerajaan Prabu Aji Pamungkas di Kediri terdapat  seorang resi yang mahasakti, bernama Resi Parno atau Kiai Jamur. Prabu Aji Pamungkas  sudah mengetahui keberadaan Resi itu. Ia merasa sakit hati karena mendengar ada seseorang yang menandingi kesaktiannya. Ia menganggap resi itu sebagai musuh. Ia khawatir kalau resi itu justru akan mengancam kekuasaannya. Oleh karena itu, ia segera mengadakan rapat di istana untuk mencari jalan menenteramkan hatinya dengan dalih menyelamatkan Kerajaan. Hasil rapat memutuskan bahwa Resi Parno harus diusir dari wilayah Kerajaan atau dibunuh. 

“Wahai, Para Penggawa, kalian tahu bahwa saat ini negeri kita terancam bahaya?” tanya Prabu Aji Pamungkas.

 “Ampun, Prabu. Hamba belum tahu, bahaya apa yang mengancam negeri kita?” sela salah seorang penggawa sembari mukanya menampakkan raut wajah kebingungan.

“Ya, ya, aku memaklumi jika kalian tidak menyadarinya. Sumber bahaya ini memang tidak tampak, tetapi pengaruhnya akan membahayakan. Ia adalah Resi Parno,” kata Prabu Aji Pamungkas. 

“Resi Parno?” ucap beberapa penggawa seakan tidak percaya. Mereka saling pandang satu sama lain.

“Ya, Resi Parno. Kelihatannya ia baik, tetapi tingkah laku dan pikirannya akan menggerogoti negeri kita. Oleh karena itu, ia harus diusir dari negeri kita. Jika perlu harus dibunuh!” seru Prabu Aji Pamungkas. 

Antara percaya dan tidak, para penggawa itu akhirnya sepakat untuk mengusir Resi Parno. Saat itu juga mereka menyusun cara bagaimana melenyapkan Resi  Parno dari negerinya. Sementara itu, Prabu Aji Pamungkas tersenyum puas karena para penggawanya telah termakan hasutannya. Ia senang karena keinginannya akan terwujud. 

Suasana kerajaan semakin memanas, hampir semua warga sekeliling kerajaan memperbincangkan rencana pengusiran dan pembunuhan Resi Parno. Ternyata berita tentang rencana pengusiran ataupun pembunuhan itu telah terdengar oleh sang Resi. Ia memutuskan untuk pergi menjauh dari wilayah kerajaan. Ia merasa sedih, kecewa, ,marah, dendam dan benci atas keserakahan dan kezaliman sang Raja. 

Kepergian Resi Parno tak lama diketahui oleh Prabu Aji Pamungkas. Hal itu membuat Prabu Aji Pamungkas semakin murka dan merasa tidak puas jika sang Resi belum mati. Untuk itu, sang Prabu memerintah para penggawanya untuk mengejar dan menangkapnya hidup-hidup. Resi itu dipersalahkan karena meninggalkan Kerajaan tanpa seizin raja.

 Resi pergi meninggalkan Kerajaan Kediri dengan perasaan sedih, benci, dan dendam kepada Prabu Aji Pamungkas. Ia mengembara ke arah pantai selatan Pulau Jawa. Dengan menembus semak belukar, naik-turun gunung, dan tanpa mengenal lelah. Pada akhirnya Resi Parno sampai di pantai selatan Pulau Jawa. Ia terus menyusuri pantai ke arah barat. Sampai di dekat Cilacap, Resi Parno memilih tempat yang sunyi dan sulit dijangkau manusia. 

Resi Parno kemudian melakukan tapa di tempat itu. Ia mohon ketenangan hati dan keadilan kepada Tuhan atas nasib yang dialaminya. 

Berkat kegigihan dan usaha yang tiada henti, Prabu Aji Pamungkas dan para Pungawa Kediri akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian sang Resi. Prabu Aji Pamungkas segera menghunjamkan senjatanya ke tubuh sang Resi yang sedang bertapa. Namun, peristiwa yang luar biasa terjadi. 

Seketika itu raga Resi Parno mengeluarkan cahaya yang mengkilau dan lenyap. Raga Resi lenyap  alam menyeruak mengeluarkan  suara gemuruh dan angin ribut yang membuat seluruh bulu kuduk Prabu Aji Pamungkas dan para penggawanya berdiri.  Prabu Aji Pamungkas mengeluarkan jurus beberapa mantra-mantranya dan akhirnya alam pun tunduk dan tenang seketika. 

Setelah keadaan menjadi tenang kembali, tiba-tiba muncullah Resi Parno lalu berubah menjadi seekor naga raksasa mendesis-desis seakan hendak menelan sang Prabu. Kedahsyatan gerakan naga itu mengakibatkan ombak laut selatan semakin besar. Hal itu membuat penghuni lautan yang berupa penyu dan kura-kura bermunculan dan terdampar di sekitar Teluk Cilacap. Oleh karena itu, teluk tersebut kemudian disebut dengan nama Teluk Penyu. 

Sumber gambar : google.com

Prabu Aji Pamungkas keheranan melihat kejadian itu. Ia cepat mencari akal. Ia melepas anak panahnya dan tepat mengenai perut naga raksasa. Seketika itu pula matilah naga raksasa itu dan hanyut ditelan ombak laut selatan.

Sesaat kemudian, muncullah seorang putri cantik dari arah timur. Putri yang berwajah oval, berkulit putih dan mata sedikit sipit. Putri itu berlari-lari di atas gelombang besar samudra pantai selatan sambil memanggil-manggil Prabu Aji Pamungkas,

“Prabu Aji Pamungkas, ketahuilah, aku ini adalah Raden Roro Widowati. Aku berada di tempat ini karena dikutuk oleh Yang Mahakuasa. Berkat jasamu aku telah kembali menjadi manusia. Sebagai balas budiku, akan aku persembahkan kepada Paduka sebuah cangkok kembang Wijayakusuma. Cangkok kembang Wijayakusuma ini tidak mungkin Paduka temukan di alam biasa. Barang siapa memiliki cangkok ini, ia akan menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa. Sang Prabu, terimalah persembahanku ini.” 


Sumber gambar :repptu.com

Demi mendengar ucapan putri itu, gembiralah hati sang Prabu. Hatinya berdebar-debar karena riangnya. Dengan aji mantranya, Prabu Aji Pamungkas mengerahkan segala kemampuan dan kekuatannya untuk mengarungi samudra yang besar gelombangnya itu. Ia ingin segera dapat menemui Raden Roro Widowati untuk menerima cangkok kembang Wijayakusuma. Ketika itu, Raden Roro Widowati sangat cantik dan menawan berselimutkan gaun berwarna hijau menambah pesona kecantikan nan indah. Prabu Aji Pamungkas pun semakin tertawan melihatnya.

Sewaktu menyerahkan kembang Wijayakusuma, Raden Roro Widowati berpesan kepada sang Prabu, 

“Prabu Pramosa, engkau menjadi saksi, ketahuilah bahwa pegunungan dan karang ini terpisah dari Pulau Jawa. Karang ini akan kuberi nama nusa yang berarti pulau. Karena di pulau ini aku telah menyerahkan kembang Wijayakusuma, aku tambahkan nama itu dengan kembangan. Suatu waktu nanti kuharap pulau ini akan disebut orang dengan nama Nusa Kembangan.” 

Setelah cangkok kembang Wijayakusuma diserahkan kepada Prabu Aji Pamungkas. Prabu Aji Pamungkas segera melompat ke atas karang yang terhampar di sana dan segera mengayuh dayung kembali ke pantai. Ia senang sekali memandangi cangkokan kembang wijayakusuma. Namun, entah tiba-tiba awan hitam datang bersama kilatan menyambar dengan keras serta disusul air hujan yang semakin deras. Prabu Aji Pamungkas lari menuju pohon beringin. Tanpa terasa cangkokan kembang wijayakusuma terlepas dari genggamannya dan terbawa badai hujan sore itu.

Prabu Aji Pamungkas merasa kecewa dan sedih karena tak dapat menjaga amanah dengan baik. Lalu ia bersama para penggawa kembali ke kerajaan di Kediri. Ia pulang dengan membawa sedikit hati yang terkoyak. Karena sebentar saja bertemu dengan Raden Roro Widowati. Meski hanya pertemuan sesaat, namun Prabu Aji Pamungkas menanamkan rasa suka yang mendalam terhadap Raden Roro Widowati.
Tidak lama berselang, terbetik berita bahwa di atas karang Pulau Nusakambangan tumbuh sebatang pohon yang aneh dan ajaib. Prabu Aji Pamungkas penasaran mendengar berita tersebut. Ia ingin mengetahui dari dekat kebenaran berita itu. Oleh karena itu, ia segera menuju Nusakambangan. 

Betapa terkejutnya beliau, ternyata pohon ajaib itu tiada lain adalah kembang Wijayakusuma yang pernah ia terima dari Raden Roro Widiwati. Daun pohon itu tampak berkilauan tertimpa sinar matahari serta halus bagaikan kain beludru. Selain itu, bunganya tampak gemerlapan dan berbau sangat wangi.

Prabu Aji Pamungkas tertegun melihat keajaiban kembang Wijayakusuma itu. Ia merasa menyesal karena teringat kata-kata Raden Roro widowati bahwa siapa yang mempunyai bunga Wijayakusuma tersebut akan menurunkan raja-raja Jawa. Namun, apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur, ia sadar bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh penguasa dunia. 

Prabu menatap indahnya kembang wijayakusuma dengan wajah murung. Kemudian seorang pemggawa bertanya, "Wahai, Rajaku, Prabu Aji Pamungkas, ada apa gerangan yang membuat wajah raja nampak murung?"

"Tak apa, penggawa. Aku sedikit sedih jika memandang kembang wijayakusuma ini. Aku teringat pemilik kembang ini. Andaikan saja ia ada disini saat ini." Ucap Prabu Aji Pamungkas sembari meremas-remas tangan sebagai tanda bahwa ia benar-benar sangat berdebar-debar hatinya. Sangat mengharap hadirnya sosok Puteri Cantik.

Entah, tiba-tiba salah satu kembang wijayakusuma terjatuh memancarkan cahaya yang indah, harumnya wangi sekali lalu berubah menjadi sosok Raden Roro Widowati. Prabu Aji Pamungkas dan para Penggawa kaget dan senang. Semua bola mata melihat arah kembang jatuh dan melihat secara utuh kecantikan Raden Roro Widowati.

"Prabu Aji Pamungkas, terima kasih kau telah datang kembali ke pulau nusakembangan ini. Aku pun akhirnya berubah kembali menjadi manusia." Ucap Raden Roro Widowati.

"Maafkan Saya, ya Raden Roro Widowati. Ketika itu saya ceroboh sehingga tak dapat membawa kembali cangkokan kembang wijayakusuma ke kerajaan. Dan tiba-tiba kau pun menghilang. Ketika itu pun, saya sangat sedih dan kecewa berat." Ucap Prabu Aji Pamungkas sembari menundukkan kepala seakan dia kecewa teringat kejadian lalu.

Namun, sekembalinya Raden Roro Widowati menjadi manusia.Prabu Aji Pamungkas bahagia sekali, kemudian duduk bertekuk lutut menengadahkan tangan kanan sembari berkata, "maukah kau kupersunting sebagai istriku, wahai Raden Roro Widowati?"

Para penggawa tersontak kaget dan tersenyum bahagia. Lalu Raden Roro Widiwati hanya menggangguk dan tersenyum simpul. Menandakan jawaban setuju terhadap tawaran Prabu Aji Pamungkas.

Tak lama kemudian dibawalah Raden Roro Widowati ke kerajaan di Kediri. Kemudian Raden Roro Widowati dibangunkan istana kerajaan di dekat Pantai Teluk Penyu. Karena Prabu Aji Pamungkas memberikan hadiah sebagai rasa hormat dan bahagianya telah mempersunting Raden Roro Widowati.

Kerajaan di Cilacap semakin berjaya. Kehidupan keluarga mereka semakin bahagia sekali. Prabu Aji Pamungkas yang awalnya memiliki hati yang keras kepala dan tak mau terkalahkan. Sekarang berubah menjadi sosok laki-laki yang baik, santun dan dermawan. Berkat ramuan-ramuan kembang tujuh rupa beserta kembang wijayakusuma. Kembang wijayakusuma menjadi simbol kerajaan karena dengan harapan menjadi kerajaan yang mempunyai pertahanan yang kuat.

Tamat

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#tantanganpekan4
#improvisasiceritarakyat