Selasa, 31 Desember 2019

Asma bersama Putri Semata Wayangnya


Asma Bersama Putri Semata Wayangnya

Rinai hujan tiada henti beberapa hari ini, Asma bersama puteri semata wayangnya asik bergumul dalam selimut hangat di sebuah kamar berpetak ukuran yang tak terlalu besar. Tembok kamar yang berhiaskan lukisan langit biru dan awan putih. Menjadikan keduanya betah lama di kamar. Ia sedang berlibur di Kota Madinah tempat saudaranya. Asma dan Nayya merupakan sosok keturunan Arab. Sehingga mereka masih bisa berkunjung ke Madinah ke tempat saudara-saudara yang lain.

Dalam sebuah kamar tempat kakak Ayahnya Asma. Terdapat Sebuah rak buku berwarna cokelat keemasan bertengger di ujung kamar. Buku-buku banyak yang menempati rak itu. Gemericik air hujan terus terdengar hingga menjelang larut malam, namun Asma dan Nayya masih belum bisa memejamkan mata. Tak seperti biasa kota Madinah di guyur hujan.

Asma akhirnya menemukan sebuah buku bersampulkan warna biru, dihiasi corak bunga nan indah, kemudian bertuliskan “Sirah Shahabiyah Kisah Para Sahabat Wanita”. Sembari membolak-balik buku tersebut Asma bertanya kepada Nayya, “Dek, mau ummi ceritakan beberapa kisah dari buku ini?” suara lembut Asma membuat Nayya mengangguk sebagai pertanda setuju ia ingin mendengar cerita buku itu.

“Baiklah, sayang….yuk, kita ambil posisi yang enak supaya ummi bisa fokus bercerita dan kamu bisa mendengar cerita ummi dengan seksama.” Ajak Asma kepada putri semata wayangnya sembari mengambil bantal, lalu ia letakkan di pangkuannya.

Namun, sebelum  Asma memulai cerita. Nayya pun penasaran memegang buku berwarna biru itu dengan perlahan, membolak-balik buku lembar demi lembar. Nayya makin penasaran dan bertanya kepada Asma, “Ummi, sepertinya buku ini bagus ya? Aku jadi penasaran isinya apa ya?”

“iya, sayang. Mari bukunya ummi pinjam sebentar, ummi akan segera bercerita isi buku ini ya?” ajak Asma dengan lembut.

Asma memulai cerita dengan penuh semangat, ia mengambil napas panjang dan mengembuskannya perlahan supaya ketika bercerita dapat memaksimalkan ekspresi dan intonasi dalam ceritanya. Berharap putri semata wayangnya mampu menangkap cerita yang akan ia sampaikan.

“Sayang… Buku ini sangat bagus sekali isinya. Ummi akan membawamu ke masa Sahabat Rasul bernama Asma Binti Abu bakar.”

***

Asma’ adalah putri Abu Bakar Ash Shidiq. Asma adalah sosok muslimah yang berjiwa tegar. Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Sehingga membuat Asma menjadi perempuan yang mandiri.  Asma menjadi anak yang gigih dan berusaha bekerja keras. Selama masih ada pekerjaan, Asma tak pernah berpangku tangan.

“Maksud berpangku tangan itu apa, ummi?” sela Nayya karena penasaran dengan cerita yang sedang Asma ceritakan.

“Maksudnya, Asma terus bekerja tak kenal lelah. Contohnya, Nayya rajin bantu ummi beberes rumah selagi belum beres. Nayya terus berusaha membantu ummi untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa mengeluh. Nayya bantu ummi menyapu ruangan, mencuci piring, membantu memasak di dapur.” Jelas Asma kepada putrinya yang menginjak kelas 2 bangku sekolah dasar.

“OHHH…lanjut ummi!” Jawab Nayya sembari penasaran cerita selanjutnya.

Asma’ termasuk pendahulu yang meyakini ajaran Rasulullah. Asma’ berjanji tak akan pernah berpaling dari Allah. Asma’ membuktikan ucapannya. Seluruh ajaran Rasulullah dilaksanakannya.

Suatu ketika, Rasulullah dan Abu Bakar, Abu Bakar adalah Ayah Asma’. Berhijrah. Melakukan perjalanan menuju Kota Madinah, Asma membekali keduanya dengan makanan. Namun sangat disayangkan, Tidak ada tali untuk mengikat bungkusan.

“Ayah, bagaimana ini? Tak ada tali untuk membawa kedua bungkusan bekal Ayah dan Rasulullah?” Tanya Asma kepada Ayahnya.

“Belahlah selendangmu menjadi dua,” Jawab Abu Bakar.

Kemudian Asma mematuhi perintah Ayahnya. Asma melakukan hal yang Ayahnya minta. Karena itu, Rasulullah SAW menjulukinya “Dzaatun Nithaaqain”. Yang artinya “Perempuan pemilik dua selendang kain”.

Sampai akhir hayatnya, Asma tetap bertakwa. Ia menjadi seorang muslimah yang mulia hingga akhir hayat.

“Nah, seperti itu cerita dari Asma’ Binti Abu Bakar, sayang…” ucap Asma sembari menutup buku tersebut.

“Asma benar-benar wanita yang mulia ya, ummi. Tapi kok sama ya namanya seperti ummi?” Tanya Nayya.

“Iya, Sayang. Ayah ummi memberi nama Asma karena berharap ummi bisa seperti Asma’ Binti Abu Bakar, menjadi sosok wanita yang mulia.” Jelas Asma kepada putrinya.

Nayya pun mengangguk dan ia tak tahan lagi menahan rasa kantuknya. Lalu ia merebahkan badannya sembari memegang buku Sirah.

#Tulisan ini terinspirasi dari Buku Sirah Sahabiyah kisah sahabat wanita Rasulullah. Teringat seorang teman yang masih keturunan Arab. Sehingga menjadikan saya membuat cerita ini. Semoga dapat berkenan mewakili Tugas Tantangan pecan 4 kelas Reading Challenge batch 6 ini

Judul : Sirah Shahabiyah Kisah Para Sahabat Wanita
Penulis :Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu AnNashr Asy Syalabi
Penerbit :Maktabah Salafy Press
Tebal Buku : 362 Halaman



#RCO6
#OneDayOnePost

1 komentar:

  1. Bagus sekali kakakku, senang membacanya, selamat tahun baru nggih
    #semangat

    BalasHapus