Selasa, 19 November 2019

Tak Pernahkah Kau Tahu?


Bismillah...

Hai, sobat, Tahukah kau? Apakah kau tak pernah tahu dalamnya isi hati orang lain? pernah terbersitkah? atau bahkan tak akan pernah. Maka jangan berpikir bahwa kau tahu segalanya. Begitupun kau tak pernah tahu dampak dari apa yang kau katakan, maka berpikirlah dahulu sebelum berbicara.

Lebih dari sepuluh tahun berlalu. 

Ketika itu aku bersama teman-teman seperjuangan melakukan kuliah kunjungan di Bandung. Di tengah perjalanan, seperti mahasiswa-mahasiswa pada umumnya kami saling bercanda. Entah saat itu apa yang aku katakan, tapi sahabat yang duduk di sebelahku mengkritikku dengan tenang. 

"Dek, kalau ngomong mbok dipikir dulu!", ucapnya. Aku langsung terdiam, berpikir,  lalu menangis. Bukan sebab aku sakit hati, justeru sebaliknya. Aku berpikir aku telah melukai orang lain dengan kata-kataku. Dia yang murni berniat mengingatkanku menjadi bingung karena responku itu. Maklum ya... namanya juga perempuan. 

Terima kasih untukmu... Setidaknya hingga hari ini kata-kata itu cukup menjadi pengingat untukku agar tak sembarangan berbicara, meski kadang masih lalai. 😔

Kita tak pernah tahu isi hati orang lain. Saat kita hanya ingin sekadar guyonan, tapi orang lain sedang sensitif, lagi PMS misalnya. Guyonan kita menjadi tidak lucu. Atau saat orang lain sedang sakit, alih-alih membangkitkan semangatnya dengan doa dan perhatian justru berkata yang menyakiti hatinya. 

Come on... itu sama sekali nggak lucu. Kau tahu bagaimana psikologisnya yang ingin bangkit dari sakit? Kau tahu bagaimana hatinya yang lelah lalu kau tambah dengan beban psikolgis akibat ucapanmu itu? Kau tahu bagaimana keluarganya berjuang untuk sehatnya, lalu harus kembali jatuh sebab kalimat tak penting darimu?

Kita tak pernah tahu bagaimana orang lain berusaha memahami hati kita. Lalu sudahkah kita juga berusaha memahami hatinya? Kita tak pernah tahu bagaimana orang lain sudah berkorban untuk kita, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah berkorban untuknya, ataukah masih menjadi beban?

Hingga hari ini aku percaya bahwa setiap ucapan atau kalimat-kalimat positif selalu berdampak positif, dan sebaliknya ucapan atau kalimat-kalimat negatif juga memiliki dampak negatif. 

Begitupun dengan perilaku kita. Kau ingin orang lain menghargaimu? Sudahkah kau berusaha untuk menghargai orang lain. Kau ingin orang lain menyapa dan menegurmu sedangkan kau sendiri enggan menyapa dan menegur orang lain? Kau ingin orang lain tersenyum padamu sedangkan kau enggan tersenyum pada orang lain? Jangan becanda, sayang. Itu sama sekali tidak lucu. Lalu ketika orang lain kau anggap tak menghargaimu, apakah itu berarti ada yang membencimu? Atau bagaimana jika logikanya dibalik? Apa yang telah kita lakukan pada orang lain? Apakah mereka menyukainya? Atau jangan-jangan mereka tak suka dengan apa yang telah kita lakukan? Atau....

Maafkan tulisan saya yang terlalu random ini. Hanya sebuah pengingat untuk diri sendiri agar lebih menghargai orang lain. 

Saya tambahkan sedikit kalimat sahabat saya semasa SMA, "Orang biasanya akan mengeluarkan apa yang ada dalam dirinya. Jika dia mengatakan hal negatif, maka negatif pula dia. Jika dia mengatakan hal positif, maka positif pula dia. Orang yang hanya minta dihargai berarti dia miskin harga, sebaliknya orang yang kaya akan harga ia bisa menghargai orang lain." ( dengan sedikit editing)

Baiklah, sobat. intinya...Mari Kita belajar menjaga lisan, hati dan pikiran hanya untuk Allah semata. Semua itu akan ada pertanggung jawabannya di yaumul akhir kelak.

So, untuk mengakhiri tulisanku malam ini. sedikit kata semangat dariku.

Jagalah lisanmu, jagalah hatimu, 
jagalah ruhiyahmu. So, You are The Best. 
Keep Istiqomah Yo....

Allahu 'alam bishowab

Barakallahu fiikum

Allahu Akbar!

#Kelasnonfiksi
#OneDayOnepost

2 komentar: