Jumat, 01 November 2019

Tantangan Pekan 8 eps.4


Oleh : asma cnr

         Kehidupan kami sangat bahagia, ia tumbuh dengan baik setiap perkembangannya sesuai dengan usianya. Alhamdulillah.  

Kulitnya yang putih, rambutnya agak merah, bola matanya hitam dan mulutnya merah muda, banyak yang mengira anakku bule. Khanif kecil suka bermain, mencuri banyak perhatian sekitarnya, terlebih nenek dan kakeknya yang mengasuh setiap hari karena aku dan suami bekerja. 

Pagi hari sebelum berangkat kerja, aku selalu menitipkan Hanif pada orang tuaku.

"Akung, putay ... putay ..." Khanif memanggil kakeknya sambil meminta sesuatu.

"Iya, nanti ... kita ke depan lagi ya," jawab bapakku yang sudah paham dengan permintaan sang cucu.

"Mau kemana, Pak?" tanyaku yang tak paham.

"Khanif pengen liat ban mobil yang berputar di pinggir jalan," jelas bapak.

"Oh, kirain apa, pinternya cucu Akung. Saya berangkat dulu ya, Pak," kataku sambil berpamitan dan mencium tangan bapak.

Aku sangat bersyukur mempunyai orang tua yang mendukung dalam pekerjaan, mereka sangat perhatian dan ikhlas mengasuh Khanif, namun aku terkadang merasa tidak enak juga. 

Hari-hari membersamai Khanif kecil terasa sangat indah, tingkahnya yang aktif dan lucu membuat banyak orang tertarik dan sayang padanya. Hanya saja sering rewel jika sakit atau menginginkan sesuatu.

"Ma, atit!" Khanif meringis sambil menarik -narik popoknya.

"Apanya yang sakit? Sini, Mama lihat!" Aku mendekat.

Ternyata ujung penisnya terlihat merah, menurut orang tuaku sejak kemarin kalau mau pipis suka menangis. Segera aku bawa ke dokter, menurut pemeriksaan ujungnya tersumbat dan harus segera disunat, kalau bisa pekan itu juga.

Ya Allah ... kejadian ini membuatku terpukul dan suami memutuskan agar aku sendiri yang mengasuh Khanif, bukan berarti orang tuaku tidak amanah, hanya saja kami tidak mau membebani kedua orang tua dengan mengasuh cucunya. Banyak hal yang merepotkan dalam mengasuh anak balita dan kami tahu itu. Biarlah aku yang mengasuh dengan tanganku sendiri dan suami bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kami.

***

"Muhammad Khaanif Lidinillah." Panggilan itu membuatku menengok ke arah kanan, tampak anak lelakiku memakai kemeja batik dan kopiah hitam melangkah ke podium untuk wisuda kelulusannya setelah enam tahun ditempa dan dibina.

Kilatan-kilatan masa lalu semakin terbayang, kini usianya sudah 12,5 tahun. Rasanya baru kemarin melahirkan dan membesarkannya, tak terasa pula air mata jatuh ketika acara sungkeman berlangsung. 

Khanif menghampiri, mencium tangan dan bersimpuh di hadapanku, kueratkan pegangannya, kucium kening dan pipinya. Tak kuasa menahan haru, kedua adiknya pun ikut memeluk. Sungguh sangat haru, perjuangannya di sekolah dari kelas lima jarang aku temani karena kehadiran bayi. 

"Maafkan Mama ya, Kak! Semoga Kakak sukses dunia akhirat," bisikku padanya.
Ia mengangguk.

"Khanif juga, maaf kalau banyak salah!" Ia memelukku lebih erat.

"Sudah Mama maafkan, selalu Mama maafkan," ucapku lirih.

Kutatap bola matanya, kuhapus air mata dari mata indahnya. 

#odopbath7
#onedayonepost
#komunutasodop
#Tantanganpekan8eps.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar