Rabu, 09 Oktober 2019

Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku Part 2


Sepotong Hati Yang Baru Teruntuk Puteriku
Part 2
Oleh : asma_cnr

     "Ibu ... Ibu ... Ibu ... !!!" terdengar teriakan Nayya, putri suami Asma, Fauzan, yang menangis sejadi-jadinya hingga berguling-guling di lantai, seraya memegangi sebuah daster milik ibunya.

        Ada sebongkah daging dalam diri Asma yang terasa nyeri saat melihatnya, hati. Seminggu sudah ia diboyong ke rumah mertua, setelah resepsi pernikahan digelar. Langkah pertama memasuki rumah itu, Asma merasa seperti orang asing, semua serba kikuk. 

  Terlebih lagi, tatkala Nayya sedang tantrum, maka hampir dipastikan ia akan meronta, dan yang lebih menyesakkan dada adalah selalu saja ia memanggil almarhumah ibunya.

     Pada saat yang sama, Asma pun meronta di dalam hati, Lalu Aku ini apa? Perlahan Asma mendekati Nayya, "Umi gendong ya, Sayang.”

      Nayya, sang Putri Kecil memandangnya. Asma merengkuh badan mungil itu dan mengusap punggungnya. Terus saja Nayya meronta, memanggil almarhumah ibunya. Asma sempat bingung dengan cara apalagi untuk bisa menenangkannya. Dieratkannya pelukan Asma. 

    Bismillah... Dengan dekapan yang hangat, Asma berusaha merengkuh hatinya. Tak peduli betapa keras ia harus berjuang, namun tekad Asma telah bulat untuk melabuhkan hati pada sang Putri.

   Nayya masih sesenggukan sambil menahan batuk yang terdengar begitu berat. Berkali-kali ia menghapus ingus dengan tangan mungilnya, badannya juga terasa hangat. 

   Gadis kecil itu benar-benar dalam keadaan ingin mendapatkan perhatian penuh dan butuh sosok seorang ibu. Pada usia 2 setengah tahun, dia kehilangan ibunya yang meninggal karena serangan paru-paru mendadak. Hal itu menjadikan Nayya membutuhkan kehangatan seorang ibu. 

    "Nanti setelah Mas salat magrib, kita bawa ke dokter ya, Sayang," Terdengar suara Fauzan duduk di tepi ranjang bersama Asma.

      Asma tersenyum simpul seraya  berkata, "Bantu aku menjadi ibu yang baik untuk Nayya dan istri yang baik untuk, Mas."

   Asma tahu betul bagaimana suaminya menyembunyikan kesedihan atas putri semata wayangnya yang sedang sakit merindukan sosok ibunya. Bukan hanya Nayya, bahkan ia bisa merasakan betapa suaminya pun menyimpan kerinduan akan sosok almarhumah istrinya itu.

      "Umi … Aku kan, gak punya ibu. Ibuku sakit dan meninggal. Sekarang sudah tidur di bawah tanah," bisik Nayya seraya mengelap ingus dengan tangan mungilnya.

Deg.

Gadis kecil itu sudah dapat menceritakan dengan jelas apa yang pernah dialaminya. Netra Asma mengembun demi mendengar cerita  Nayya, Si Gadis Kecilnya, yang masih begitu lugu dan polos. Ditatapnya kedua bola mata Nayya dengan hangat, begitupula putri kecilnya membalas tatapan Asma dengan penuh perhatian. Keduanya tenggelam dalam perasaan masing-masing, Nayya membutuhkan perhatian seorang ibu, sedangkan Asma ingin sekali menyatukan hatinya dengan hati Nayya. 

        "Nayya Sayang, Ini Umi. Sekarang Umi adalah ibu Nayya, jadi Nayya gak boleh sedih lagi, yah. Nayya sudah punya ibu baru. Asma berkata perlahan seraya menahan derai air yang akan turun dari matanya. Spontan direngkuhlah badan mungil Nayya dalam pelukan Asma. Senja sore pun turut menyaksikan keduanya dalam meniti jalan baru ke depan.


*bersambung

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#belajarmerangkaikata

6 komentar: