Merajut Asa Part 2
Oleh : asma cnr
Seketika bayangan berkelebat tadi siang. Alam bawah sadar saya tertuju pada wali kelas yang memanggil.
"Kamu kenapa tidak pernah ikut les tambahan?" tanya wali kelasku.
"Saya pulang sekolah langsung pergi jualan, Bu," jawabku.
"Tapi EBTANAS sudah dekat. Bagaimana persiapanmu nanti?” tanya wali kelasku lagi.
"Saya akan berusaha semaksimalnya, Bu," jawabku tegas meskipun ada kebimbangan dalam hati.
Lalu tersontak saya melihat Mamak menyeka air matanya, mungkin ia tak ingin aku melihat tangisnya.
"O iya, Mak, ini kain sarung pemberian seorang nenek yang menjadi pelanggan tetapku." Aku merenggangkan pelukanku dan memperlihatkan bungkusan yang dibawa tadi.
"Tadi nenek itu bertanya kenapa terlambat datang, lalu kubilang karena harus bergantian dengan Omak memakai sarung untuk salat. Makanya nenek itu memberi sarung ini," jelasku panjang lebar.
Selain bertemu orang-orang yang baik, tidak jarang pula aku bertemu dengan pelanggan yang nakal.
Pernah ada yang lari begitu saja tanpa membayar setelah menerima roti yang dipesan, ada pula yang membayar roti tidak sesuai dengan jumlah yang telah dimakan.
Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat. Karena cintaku kepada keluarga. Selain itu ada sebuah keyakinan yang aku tanamkan dalam hati.
"Rezekiku dari Allah itu telah tertakar dan niscaya tak akan pernah tertukar."
Kalimat itu juga yang kutanamkan kepada adik-adik, karena menurutku kalimat itu bisa membunuh rasa hasad, iri dan dengki dalam hati.
#odopbatch7
#onedayonepost
#komunitasodop
Arti sebuah perjuangan
BalasHapusMasya Allah, rejeki tidak pernah tertukar ya kak :)
BalasHapusSemangat kak
BalasHapuskok sedih hiks...bakalan sarat makna nih, :) :)
BalasHapusMasya Allah. Pesannya ngena banget Kak.Bagus!
BalasHapusNgena banget ya:')
BalasHapus