Minggu, 06 Oktober 2019

Improvisasi Legenda Nusakembangan

Ceritanya, malam ini menulis deadline komunitas odob, dengan tantangan pekan keempat yaitu improvisasi cerita rakyat.

Kali ini, saya "asma" sebagai penulis. Telah membuat tantangan pekan 4 dengan mengimprovisasi cerita legenda Pulau nusakambangan. Penulis telah mengubah nama tokoh. Sedikit mengubah alur cerita dan mengubah sedikit  ending ceritanya.


Nusakembangan
Oleh: asma_cnr

            Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang terkenal kesaktiannya dari Jawa Timur yang bergelar Prabu Aji Pamungkas. Raja ini terkenal dengan wataknya yang keras dan tak mau terkalahkan oleh siapa pun. Apalagi kepada para hambanya, kepada raja-raja negara lain pun ia tidak mau mengalah. 

     Ketika itu, Kerajaan Prabu Aji Pamungkas di Kediri terdapat  seorang resi yang mahasakti, bernama Resi Parno atau Kiai Jamur. Prabu Aji Pamungkas  sudah mengetahui keberadaan Resi itu. Ia merasa sakit hati karena mendengar ada seseorang yang menandingi kesaktiannya. Ia menganggap resi itu sebagai musuh. Ia khawatir kalau resi itu justru akan mengancam kekuasaannya. Oleh karena itu, ia segera mengadakan rapat di istana untuk mencari jalan menenteramkan hatinya dengan dalih menyelamatkan Kerajaan. Hasil rapat memutuskan bahwa Resi Parno harus diusir dari wilayah Kerajaan atau dibunuh. 

“Wahai, Para Penggawa, kalian tahu bahwa saat ini negeri kita terancam bahaya?” tanya Prabu Aji Pamungkas.

 “Ampun, Prabu. Hamba belum tahu, bahaya apa yang mengancam negeri kita?” sela salah seorang penggawa sembari mukanya menampakkan raut wajah kebingungan.

“Ya, ya, aku memaklumi jika kalian tidak menyadarinya. Sumber bahaya ini memang tidak tampak, tetapi pengaruhnya akan membahayakan. Ia adalah Resi Parno,” kata Prabu Aji Pamungkas. 

“Resi Parno?” ucap beberapa penggawa seakan tidak percaya. Mereka saling pandang satu sama lain.

“Ya, Resi Parno. Kelihatannya ia baik, tetapi tingkah laku dan pikirannya akan menggerogoti negeri kita. Oleh karena itu, ia harus diusir dari negeri kita. Jika perlu harus dibunuh!” seru Prabu Aji Pamungkas. 

Antara percaya dan tidak, para penggawa itu akhirnya sepakat untuk mengusir Resi Parno. Saat itu juga mereka menyusun cara bagaimana melenyapkan Resi  Parno dari negerinya. Sementara itu, Prabu Aji Pamungkas tersenyum puas karena para penggawanya telah termakan hasutannya. Ia senang karena keinginannya akan terwujud. 

Suasana kerajaan semakin memanas, hampir semua warga sekeliling kerajaan memperbincangkan rencana pengusiran dan pembunuhan Resi Parno. Ternyata berita tentang rencana pengusiran ataupun pembunuhan itu telah terdengar oleh sang Resi. Ia memutuskan untuk pergi menjauh dari wilayah kerajaan. Ia merasa sedih, kecewa, ,marah, dendam dan benci atas keserakahan dan kezaliman sang Raja. 

Kepergian Resi Parno tak lama diketahui oleh Prabu Aji Pamungkas. Hal itu membuat Prabu Aji Pamungkas semakin murka dan merasa tidak puas jika sang Resi belum mati. Untuk itu, sang Prabu memerintah para penggawanya untuk mengejar dan menangkapnya hidup-hidup. Resi itu dipersalahkan karena meninggalkan Kerajaan tanpa seizin raja.

 Resi pergi meninggalkan Kerajaan Kediri dengan perasaan sedih, benci, dan dendam kepada Prabu Aji Pamungkas. Ia mengembara ke arah pantai selatan Pulau Jawa. Dengan menembus semak belukar, naik-turun gunung, dan tanpa mengenal lelah. Pada akhirnya Resi Parno sampai di pantai selatan Pulau Jawa. Ia terus menyusuri pantai ke arah barat. Sampai di dekat Cilacap, Resi Parno memilih tempat yang sunyi dan sulit dijangkau manusia. 

Resi Parno kemudian melakukan tapa di tempat itu. Ia mohon ketenangan hati dan keadilan kepada Tuhan atas nasib yang dialaminya. 

Berkat kegigihan dan usaha yang tiada henti, Prabu Aji Pamungkas dan para Pungawa Kediri akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian sang Resi. Prabu Aji Pamungkas segera menghunjamkan senjatanya ke tubuh sang Resi yang sedang bertapa. Namun, peristiwa yang luar biasa terjadi. 

Seketika itu raga Resi Parno mengeluarkan cahaya yang mengkilau dan lenyap. Raga Resi lenyap  alam menyeruak mengeluarkan  suara gemuruh dan angin ribut yang membuat seluruh bulu kuduk Prabu Aji Pamungkas dan para penggawanya berdiri.  Prabu Aji Pamungkas mengeluarkan jurus beberapa mantra-mantranya dan akhirnya alam pun tunduk dan tenang seketika. 

Setelah keadaan menjadi tenang kembali, tiba-tiba muncullah Resi Parno lalu berubah menjadi seekor naga raksasa mendesis-desis seakan hendak menelan sang Prabu. Kedahsyatan gerakan naga itu mengakibatkan ombak laut selatan semakin besar. Hal itu membuat penghuni lautan yang berupa penyu dan kura-kura bermunculan dan terdampar di sekitar Teluk Cilacap. Oleh karena itu, teluk tersebut kemudian disebut dengan nama Teluk Penyu. 

Sumber gambar : google.com

Prabu Aji Pamungkas keheranan melihat kejadian itu. Ia cepat mencari akal. Ia melepas anak panahnya dan tepat mengenai perut naga raksasa. Seketika itu pula matilah naga raksasa itu dan hanyut ditelan ombak laut selatan.

Sesaat kemudian, muncullah seorang putri cantik dari arah timur. Putri yang berwajah oval, berkulit putih dan mata sedikit sipit. Putri itu berlari-lari di atas gelombang besar samudra pantai selatan sambil memanggil-manggil Prabu Aji Pamungkas,

“Prabu Aji Pamungkas, ketahuilah, aku ini adalah Raden Roro Widowati. Aku berada di tempat ini karena dikutuk oleh Yang Mahakuasa. Berkat jasamu aku telah kembali menjadi manusia. Sebagai balas budiku, akan aku persembahkan kepada Paduka sebuah cangkok kembang Wijayakusuma. Cangkok kembang Wijayakusuma ini tidak mungkin Paduka temukan di alam biasa. Barang siapa memiliki cangkok ini, ia akan menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa. Sang Prabu, terimalah persembahanku ini.” 


Sumber gambar :repptu.com

Demi mendengar ucapan putri itu, gembiralah hati sang Prabu. Hatinya berdebar-debar karena riangnya. Dengan aji mantranya, Prabu Aji Pamungkas mengerahkan segala kemampuan dan kekuatannya untuk mengarungi samudra yang besar gelombangnya itu. Ia ingin segera dapat menemui Raden Roro Widowati untuk menerima cangkok kembang Wijayakusuma. Ketika itu, Raden Roro Widowati sangat cantik dan menawan berselimutkan gaun berwarna hijau menambah pesona kecantikan nan indah. Prabu Aji Pamungkas pun semakin tertawan melihatnya.

Sewaktu menyerahkan kembang Wijayakusuma, Raden Roro Widowati berpesan kepada sang Prabu, 

“Prabu Pramosa, engkau menjadi saksi, ketahuilah bahwa pegunungan dan karang ini terpisah dari Pulau Jawa. Karang ini akan kuberi nama nusa yang berarti pulau. Karena di pulau ini aku telah menyerahkan kembang Wijayakusuma, aku tambahkan nama itu dengan kembangan. Suatu waktu nanti kuharap pulau ini akan disebut orang dengan nama Nusa Kembangan.” 

Setelah cangkok kembang Wijayakusuma diserahkan kepada Prabu Aji Pamungkas. Prabu Aji Pamungkas segera melompat ke atas karang yang terhampar di sana dan segera mengayuh dayung kembali ke pantai. Ia senang sekali memandangi cangkokan kembang wijayakusuma. Namun, entah tiba-tiba awan hitam datang bersama kilatan menyambar dengan keras serta disusul air hujan yang semakin deras. Prabu Aji Pamungkas lari menuju pohon beringin. Tanpa terasa cangkokan kembang wijayakusuma terlepas dari genggamannya dan terbawa badai hujan sore itu.

Prabu Aji Pamungkas merasa kecewa dan sedih karena tak dapat menjaga amanah dengan baik. Lalu ia bersama para penggawa kembali ke kerajaan di Kediri. Ia pulang dengan membawa sedikit hati yang terkoyak. Karena sebentar saja bertemu dengan Raden Roro Widowati. Meski hanya pertemuan sesaat, namun Prabu Aji Pamungkas menanamkan rasa suka yang mendalam terhadap Raden Roro Widowati.
Tidak lama berselang, terbetik berita bahwa di atas karang Pulau Nusakambangan tumbuh sebatang pohon yang aneh dan ajaib. Prabu Aji Pamungkas penasaran mendengar berita tersebut. Ia ingin mengetahui dari dekat kebenaran berita itu. Oleh karena itu, ia segera menuju Nusakambangan. 

Betapa terkejutnya beliau, ternyata pohon ajaib itu tiada lain adalah kembang Wijayakusuma yang pernah ia terima dari Raden Roro Widiwati. Daun pohon itu tampak berkilauan tertimpa sinar matahari serta halus bagaikan kain beludru. Selain itu, bunganya tampak gemerlapan dan berbau sangat wangi.

Prabu Aji Pamungkas tertegun melihat keajaiban kembang Wijayakusuma itu. Ia merasa menyesal karena teringat kata-kata Raden Roro widowati bahwa siapa yang mempunyai bunga Wijayakusuma tersebut akan menurunkan raja-raja Jawa. Namun, apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur, ia sadar bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh penguasa dunia. 

Prabu menatap indahnya kembang wijayakusuma dengan wajah murung. Kemudian seorang pemggawa bertanya, "Wahai, Rajaku, Prabu Aji Pamungkas, ada apa gerangan yang membuat wajah raja nampak murung?"

"Tak apa, penggawa. Aku sedikit sedih jika memandang kembang wijayakusuma ini. Aku teringat pemilik kembang ini. Andaikan saja ia ada disini saat ini." Ucap Prabu Aji Pamungkas sembari meremas-remas tangan sebagai tanda bahwa ia benar-benar sangat berdebar-debar hatinya. Sangat mengharap hadirnya sosok Puteri Cantik.

Entah, tiba-tiba salah satu kembang wijayakusuma terjatuh memancarkan cahaya yang indah, harumnya wangi sekali lalu berubah menjadi sosok Raden Roro Widowati. Prabu Aji Pamungkas dan para Penggawa kaget dan senang. Semua bola mata melihat arah kembang jatuh dan melihat secara utuh kecantikan Raden Roro Widowati.

"Prabu Aji Pamungkas, terima kasih kau telah datang kembali ke pulau nusakembangan ini. Aku pun akhirnya berubah kembali menjadi manusia." Ucap Raden Roro Widowati.

"Maafkan Saya, ya Raden Roro Widowati. Ketika itu saya ceroboh sehingga tak dapat membawa kembali cangkokan kembang wijayakusuma ke kerajaan. Dan tiba-tiba kau pun menghilang. Ketika itu pun, saya sangat sedih dan kecewa berat." Ucap Prabu Aji Pamungkas sembari menundukkan kepala seakan dia kecewa teringat kejadian lalu.

Namun, sekembalinya Raden Roro Widowati menjadi manusia.Prabu Aji Pamungkas bahagia sekali, kemudian duduk bertekuk lutut menengadahkan tangan kanan sembari berkata, "maukah kau kupersunting sebagai istriku, wahai Raden Roro Widowati?"

Para penggawa tersontak kaget dan tersenyum bahagia. Lalu Raden Roro Widiwati hanya menggangguk dan tersenyum simpul. Menandakan jawaban setuju terhadap tawaran Prabu Aji Pamungkas.

Tak lama kemudian dibawalah Raden Roro Widowati ke kerajaan di Kediri. Kemudian Raden Roro Widowati dibangunkan istana kerajaan di dekat Pantai Teluk Penyu. Karena Prabu Aji Pamungkas memberikan hadiah sebagai rasa hormat dan bahagianya telah mempersunting Raden Roro Widowati.

Kerajaan di Cilacap semakin berjaya. Kehidupan keluarga mereka semakin bahagia sekali. Prabu Aji Pamungkas yang awalnya memiliki hati yang keras kepala dan tak mau terkalahkan. Sekarang berubah menjadi sosok laki-laki yang baik, santun dan dermawan. Berkat ramuan-ramuan kembang tujuh rupa beserta kembang wijayakusuma. Kembang wijayakusuma menjadi simbol kerajaan karena dengan harapan menjadi kerajaan yang mempunyai pertahanan yang kuat.

Tamat

#odobbatch7
#onedayonepost
#komunitasodob
#tantanganpekan4
#improvisasiceritarakyat

5 komentar: